Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2014

Hari Aids Sedunia

Minggu, 30 November 2014. Aku turun jalan untuk yang kedua kalinya. Memperingati hari aids sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember. Ini berarti sudah memasuki tahun kedua aku mengikuti KMPA di Untag. Kelompok Mahasiswa Peduli Aids. Kelompok yang dirintis oleh Mas Aris ini Alhamdulillah menjadi pelopor berdirinya KMPA-KMPA di kampus lain di Banyuwangi. Sudah jadi tradisi, mekar di awal kuncup kebelakang. Dulu, semangat teman-teman lainnya sangat membara. Sekali dua kali pelatihan, mereka hadir selalu. Namun, lama-kelamaan jumlah kami semakin menyusut. Yang datang selalu itu-itu saja. Mereka meninggalkan ladang ilmu ini. Ladang ilmu dan pengetahuan yang disediakan dengan gratis tanpa tarif. Kita bisa memanen sebanyak-banyaknya tanpa khawatir kantong jebol. Selalu seperti ini. Ketika aksi peringatan tiba-tiba saja banyak orang-orang baru. Wajah-wajah baru. Mereka berkumpul tanpa tahu harus berbuat apa. Mereka hanya memenuhi jalan untuk membagi-b

Unpredictable Feeling

Dia kembali. Dengan suasana berbeda. Ya. Setelah sekian lama. Setelah segalanya jelas. Dia kembali. Memang sudah tidak seperti dulu. Ada jarak yang membentang. Jelas sekali. Kenapa kau tidak juga paham dengan maksudku? Kenapa kau malah terkesan menyerah? Atau memang dia sudah menyerah? Sampai disitu saja? Ah, payah. Kau membuatku bimbang. Perkataanmu seolah menyuruhku untuk pergi saja. Seolah tidak ada lagi celah. Tapi kenapa aku memilih untuk tetap bertahan disini? Aku bisa saja pergi. Aku bisa saja merubah arah tujuanku. Tapi kenapa sulit sekali Tuhan? Sedangkan dia mudah saja melakukannya. Dia bisa melenggang semaunya. Inikah? Inikah yang orang bilang bahwa wanita selalu lemah dalam perasaannya? Laki-laki bisa sangat mudah berpaling. Wanita? Dia mungkin tidak bisa menyembunyikan rasa cemburu. Tapi menyembunyikan cinta? Dia bisa hingga 40 tahun lamanya. Apa iya wanita harus menderita selama itu? Untukmu yang saa

Bertahan Sendiri

Satu per satu perasaan kesal itu muncul. Muncul perlahan. Hingga tidak dapat lagi terbendung. Aku kesal pada keadaan ini. Perasaan kesal itu seakan menutup diriku pada apa yang ada di depan mata. Pada kenyataan. Pada sekitar. Salahku? Iya. Semua salahku. Aku yang salah. Dia salah menerima maksudku, mungkin. Dia tidak salah. Ya. Dia selalu benar, kok. Perasaan ini semakin hari hanya semakin mengekangku. Aku sudah mencoba menyibukkan diri dengan segala macam kegiatan. Aku sudah berusaha untuk baik-baik saja. Tanpa perasaan kesal. Tanpa perasaan jengkel. Tanpa perasaan was-was. Sia-sia. Aku tetap disini. Bertahan semampuku. Aku tetap disini. Melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku tetap disini. Untuk membuktikan kalimat-kalimatnya. Sampai kapan? Aku juga tidak tahu. Sekarang biarkan dulu. Biarkan dia sibuk dengan perhatian yang dia inginkan. Biarkan semuanya mengalir. Kembali ketika aku harus melihat kenyataan. Kenyataan bahwa segalanya sudah berub

Nickname

Meydiana Isfandari. Indah bukan main. Nama itu sumbangan dari berbagai pihak. Hehehe, iyaa sumbangan. Budeku adalah orang yang selalu ingin memberikan idenya untuk dijadikan nama pada setiap bayi yang lahir pada garis keturunan Fachrudin. Tidak terkecuali aku dan adikku, Fahri. Mey. Sesuai dengan bulan kelahiranku. Diana. Nama ini diberikan Bude Tin padaku. Entahlah, mungkin beliau terinspirasi oleh Lady Diana, mungkin. :D Isfandari. Aku tidak terlalu tahu asal-usul nama ini. Tapi yang jelas aku menyukainya. Sejak taman kanak-kanak aku dipanggil Diana oleh teman-teman. Dirumah pun orang tua, saudara, para tetangga juga memanggilku Diana. Hingga saat SD beberapa teman yang dulu juga teman TK mulai merubah-rubah panggilanku. Jadilah aku dipanggil Mey hingga sekarang ini. Namun ada juga beberapa teman SD yang masih memanggilku Diana hingga sekarang. #Tengkyuu :D Panggilanku bagi beberapa teman pun berbeda. Rani. Teman SMPku ini memanggilku Acot. Yaah you

Mencari Yang Sempurna

Pagi ini aku membuka Dasbor Blogger.  Di daftar bacaan aku melihat tulisan baru dari Blog Peyempuan . Tulisan yang diposting dua hari lalu itu sangat keren. "Mencari yang sempurna tak akan ada punahnya, Karenanya aku berakhir pada hatimu. Mencari yang sempurna tak akan ada habisnya, Karenanya aku berhenti pada cintamu. Ada peyempuan yang begitu rupawan, Kau pilih, namun ia tak bisa menyajikan cinta pada meja makan Lalu kau pergi untuk itu. Ada peyempuan yang sangat jelita, juga pandai meracik masakan Kau pilih, namun ia tak bisa kau ajak bertukar pikiran Lalu kau pergi untuk itu. Ada peyempuan yang begitu menawan, lihai membuat panganan dan asik berbagi wawasan Kau pilih, namun ia tak memilihmu, kasihan. Lalu kau terdiam karena itu. Jelas, ia menawan, pandai meracik masakan dan asik bertukar pikiran Namun kau tak terlihat tampan, tak cukup mapan dan tak romantis menaklukan perasaan. Seperti itulah lingkaran kesempurnaan, Tak pernah be

Hari Pahlawan

Mengutip pesan Bung Karno, Bapak Proklamator kita, “Jangan sekali-sekali melupakan sejarah” atau yang disingkat dengan Jassmerah dan “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya” tentu ada makna yang tersirat dalam fase perjuangan bangsa kita. Bangsa Indonesia tidak akan lepas dari peristiwa 10 November 1945, peristiwa pertempuran yang dilakukan oleh arek-arek Suroboyo dalam masa perjuangan demi mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia. Sebagai bangsa yang besar, tentu tidak sedikit perjuanganan para pahlawan yang telah bersedia mengorbankan jiwa dan raganya demi menjaga kedaulatan bangsa. Sampai pada saatnya, tepat tanggal 10 November 1945 menjadi momentum yang bersejarah bagaimana semangat juang veteran kita yang dikomando oleh Bung Tomo saat itu dengan semboyannya yang khas “Merdeka atau Mati” mampu membakar semangat nasionalisme rakyat Surabaya untuk mempertahankan harkat dan martabat bangsa Indonesia yang telah merdeka dari penjajah. Peristiwa

Unknown Number

Aku pernah akan bercerita tentang unknown number yang menghubungiku tempo hari. Waktu itu aku sedang di lobby kampus bersama bang dado. Tiba-tiba ponselku bergetar. Aku lihat screen HP. Nomor baru. Tidak terdaftar dalam phonebook ku. Bang dado melihatnya. Melihat juga keherananku. "Sini aku aja yang angkat" Aku menurut saja dan memberikan ponselku pada bang dado. Aku juga sedang malas menerima telpon dari nomor tak dikenal. Bang dado mulai berbicara dengan orang yang ada di seberang. Sayup-sayup aku mendengar bahwa yang menelpon adalah laki-laki. Aku terus memperhatikan bang dado. Lucu sekali. Dia berbicara dengan logat yang dibuat-buat agar terlihat serius. Aku pikir lawan bicaranya itu akan keder menghdapi bang dado yang entah dia mengira siapaku. Abahku. Abangku. Mungkin juga mengira pacarku. Bang dado juga mulai sok menginterogasi si penelpon. Dia menanyakan hal-hal yang bersifat protected . "Kamu siapanya Mey?" "Ada perlu ap

My Wednesday

Rabu pertama Bulan November. Gusti, sudah stadium berapa sebenarnya? Stadium berapa penyakit lupaku ini? Pagi ini aku lagi-lagi membuat kegaduhan dirumah. Aku kehilangan proposalku. Proposal kegiatan seminar yang sebantar lagi akan dilakukan. Where are you? Seingatku, semalam setelah ketua panitia menandatangani proposal itu aku memasukkannya ke dalam tasku. Ya, aku sudah memasukkannya, lalu pulang kerumah. Aku mencoba mengingat-ingat semua kegiatan yang aku lakukan setelah sampai dirumah. Seingatku juga aku tidak mengeluarkan apapun dari tas ranselku itu selain dompet. Jadilah aku pagi ini panik luar biasa. Membongkar tumpukan diktat yang menurutku tidak mungkin ada disana. Mengeluarkan segala isi tas dan memeriksa map transparan secara teliti. Duh, saat seperti ini tidak mungkin lagi aku bisa teliti dan hati-hati. Hanya panik dan panik yang terus menyerangku. Ditambah handphone yang selalu bergetar tanda sms masuk. Temanku sudah menungguku di kam

Try Before You Die

Mey, judulnya spooky  banget. Iyaa, kalimat super yang aku dapat dari mentorku. Benar memang. Lakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan sebelum kamu mati. Iya kan? Lakukan saja, daripada menyesal tidak pernah melakukan? Aku sedang belajar melakukannya. Ini semacam keluar dari zona nyaman. Keluar dari zona aman. Zona yang selama ini selalu aku lalui. Yaa biarlah aku melakukan hal-hal yang selama ini belum pernah aku lakukan. Dengan tetap tidak melanggar segala prinsip. Hhhh tiba-tiba rasa malas untuk menulis datang menyerang. Ini saja dulu. Inspirasi sedang ngambek. Oh yaa, besok entah kapan aku akan menuliskan tentang unknown number yang menghubungiku tadi. Gusti, besok hari yang indah kan?

Kesempatan Kedua

Orang bilang sebuah kesempatan itu tidak akan datang untuk yang kedua kalinya. Jika kedua kali, itu artinya anugerah. Tapi kemudian ada lagi orang bilang bahwa setiap orang juga berhak atas kesempatan kedua. Setelah itu? Apa dengan adanya kesempatan kedua lantas akan memungkinkan adanya kesempatan ketiga, keempat, kelima dan seterusnya? Tentu tidak. Itu menandakan seseorang tidak benar-benar serius dalam memperbaiki kesalahannya. Kesempatan kedua itu ada untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik lagi.  Jumat kemarin aku tidak konsentrasi mengerjakan UTS Kepegawaian. Pengawas ruanganku adalah Bu Yusmia, dosen Statistik kami. Saat itu, saat sedang mengawas, Bu Yusmia membawa seluruh hasil UTS Statistik kami untuk dikoreksi. Jadi, didalam kelas itu -saat kami sedang mengerjakan kepegawaian- Bu Yusmia tengah asyik memeriksa hasil pekerjaan kami. Kenapa aku tidak konsentrasi? Aku adalah tipe anak yang tidak suka duduk dibelakang. Jadi saat di kelas, seminar, ataupun

Semangat Kawan

Hari ini aku mendapat kabar dari Ima. Kabar sedih. Gusti, sepertinya atmosfer sedih sedang senang menghampiriku. Kabar yang tidak ingin kudengar. Kabar yang sangat mengejutkan aku. Ka, Intan mau operasi. Deg. Aku tahu Ima, Intan dan Aku adalah tiga anak manusia yang suka sekali bercanda. Di SMK kami selalu bertiga sebelum akhirnya ada Inda yang menjadikan kami selalu berempat. Tapi tolong, jangan membuat lelucon semacam ini. Sejak kuliah, aku tidak intens lagi berkomunikasi dengan Intan dan Ima. Mereka berdua kuliah di Jember. Serius Ka. Tumor di payudara. .................... Allah. Apa ini? Kenapa cobaan-Mu seberat ini? Dan kenapa harus Intan? Dia yang untuk melanjutkan kuliah saja harus bersusah payah. Sekarang dia harus bersusah payah lagi untuk ini? Aku tidak pernah membayangkan bahwa salah satu diantara kami akan mengalami hal seperti ini. Memiliki tumor jelas membuat mental seseorang down . Dia tidak bisa menyembunyikan ketakutannya. Keta

Awal November

Sebenarnya aku menulis ini tadi jauh sebelum bulan Oktober habis. Tapi ternyata terposting di awal November. Yasudah. Mey^^ How's your day? Aku baik-baik saja. Mungkin tidak sama seperti kemarin. Tapi sungguh aku telah baik-baik saja. Jangan di ingatkan. Aku bisa sedih lagi nanti :D Hari ini rasanya segala beban berat dipundak sudah lepas. Sudah terasa ringan, tidak berat lagi. UTS Kepegawaian sudah kulalui. Itu tandanya tugas itupun sudah kutuntaskan tepat waktu. Ya, tepat waktu. Rasanyaaa ... Setelah kejadian itu aku jadi malas melakukan apapun. Tugas-tugasku berantakan. Konsentrasi belajarku juga berantakan. Aku juga pesimis akan dapat menyelesaikan tugas-tugasku itu. Huwaaa, kejam sekali yaa masalah perasaan? Bayangkan saja, aku menerima balasannya hari Senin. Besoknya adalah hari pertamaku UTS. Bisa dibayangkan? Betapa nelangsanya? Aku kacau waktu itu. Aku seperti ikan yang dilepas tulangnya. Tidak berdaya. Aku sama sekali tidak konsentrasi mengerjak