Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2017

She did well ...

And then Bibeh did well . Jam 22.01 dia wassap saya. It was a short messages, “Di. Hati gw.” Saya baru balas di jam 22.57. Wah, nih anak kenapa, batin saya. Centang satu sampai tadi subuh. Baru dibalas sekitar jam lima pagi. Dia bilang nggak dibalas oleh doi. Saya bilang juga, tunggu aja, dia masih shock kali. Bibeh balas, “Di, ya Allah. Semalem gw gelisah bener di. Lega dah. Masih pusing nih gue, dan gak nyangka gue.” Saya tersenyum dengan sedikit ngikik ketika baca pesan Bibeh subuh tadi. I knoooooow that feel, Woh. One of the most embarrassing moment in life and the awkward thing we did ever! Hahaha. Saya dan Bibeh akhirnya bertemu di Ikhtiar Surya, menghadiri acara sosialisasi peduli HAM yang diadakan oleh Bakesbangpol. Sampai di tempat, dia segera memberikan ponselnya untuk kemudian saya baca pesan yang telah dia kirim kepada...nya. Saya terharu. Gini bener sahabat eug . You did well, Woh. You did well . Pesan yang dia sampaikan nggak panjang. Singkat saja, tapi je

Urusan Skripsi Hingga Hati

Malam ini begitu luar biasa bagi saya. Terlebih bagi kami, saya dan Bibeh. Entah bagi Bibeh luar biasa atau tidak, tapi bagi saya ini luar biasa. Oke, saya akan mulai bercerita. Hari ini kami melakukan kunjungan ke kawan-kawan BEM-U yang tengah melaksanakan KKN. Berawal dari ujung utara, tempat KKN Bang Rohim di Bangsring. Lalu ke tempat Junet di Ketapang, dan berakhir di tempat bosque di Olehsari. Sepulang dari Olehsari, kami berenam –saya, Bibeh, Kang Sandi, Bara, Gus Umam, Bang Rohim– makan nasi goreng di daerah Sasak Perot. Nah, kisah ini berawal dari perjalanan pulang saya dan Bibeh. Di sepanjang jalan menuju pulang, kami bercerita. Saat makan nasi goreng tadi, kami semua bertemu Bu Yovita. Seorang dosen di Fakultas Ekonomi. Bisa ditebak bagaimana mahasiswa tingkat akhir bertemu dengan dosennya. Yes, pertanyaan “Sudah selesai?” akan bermunculan. Tentu, yang saya maksud adalah sudah selesai skripsinya? Bibeh yang berada di belakang saya cerita bagaimana perkembangan

Menjadi Tua Sebelum Waktunya

Selesai mengantar Rara dan Lintang berbelanja tas sekolah, mereka ingin sekali melihat lebih dekat patung kuda di Taman Tirtawangi. Kebetulan, saya bisa sekalian ke rumah Intan. Intan sudah balik ke Indonesia setelah menyelesaikan studinya di Thailand. Sebelum main di patung kuda, saya mengajak Rara dan Lintang ke rumah Intan. Tadinya ketika mereka bermain di taman, saya berniat ke rumah Intan sendiri, tapi mereka berdua nggak mau ditinggal, takut di culik katanya. -__- Jadilah saya membawa mereka bertamu ke Intan. Suasana khas lebaran masih terasa di sana, banyak tamu. Pertama kali bertemu gembel satu itu saya sempat kesel. Minusnya semakin parah, saya rasa. Saya yang dari jauh melihat Intan sudah ekspresif banget, tapi dia malah pasang tampang bego dengan ekspresi “Sopo iku?” Ya elah, ekspresifku sia-sia. Setelah cipika-cipiki dengan dia yang peliket banget karena belum mandi, kami akhirnya cerita-cerita. Momen bercerita waktu itu kurang tepat karena situasi agak ramai. Ba

Semua Ada Masanya

Hujan yang turun sedari pagi tak jua reda hingga hampir pukul setengah sepuluh siang. Padahal hari ini Ima harus ke Dinas Pendidikan untuk menghadiri acara bersama kawan-kawan PBC-nya. Jadwal acara sebenarnya pukul delapan pagi, namun Ima baru berangkat pukul 9 lebih. Ima mengajakku untuk menemaninya hari ini. Dan karena aku sedang tidak ada kegiatan, ikutlah aku dengannya. (Kali ini aku kamu dulu, ya. Capek pake ‘saya’ mulu) Sampai diknas hujan turun lagi dengan derasnya, kami segera melipir masuk ke aula. Dengan keadaan setengah basah, kami masuk aula yang telah dipenuhi oleh mahasiswa-mahasiswa Unej dan UIN Jember yan mengikuti Program Banyuwangi Cerdas (PBC). Acara semacam ini rutin dilaksanakan tiap tahunnya. Baiklah, aku skip saja bagian dialog-dialog yang terjadi di dalam aula. Sebagai orang asing, aku tidak terlalu menyimak apa yang mereka bahas. Sesekali saja aku mengamati dialog mereka. Tulisan ini bukan tentang PBC ataupun tentang mahasiswa-mahasiswa PBC yang ad

Ijen, I'm Coming #1

Rencana pergi ke Ijen yang telah di bahas dua hari yang lalu itu jadi kenyataan. Yes, today I went to Ijeeeeeen . Huwaaah, I am very very very very Maryadi excited. Jika bukan karena Ardi yang pergi ke Ijen Selasa lalu, mungkin saya tidak akan pernah mendapat kesempatan untuk pergi ke Ijen. Selasa pagi, secara tiba-tiba Ferdi dan Dela (kakaknya) datang ke rumah menjemput Ardi, hendak pergi ke Ijen katanya. Tentu kami sekeluarga agak kaget, karena Ardi tidak pamit malam harinya. Dia pergi secara mendadak, pamitan pun juga serba mendadak di Selasa pagi. Mau tidak mau Bapak saya mengijinkan, karena sudah terlanjur di jemput oleh kawannya. Singkat cerita, Ardi pulang ke rumah sekitar pukul empat sore. Selepas maghrib Bapak kami baru pulang. Selesai Bapak membersihkan diri, kami sekeluarga berkumpul nonton tv. Saat itu lah Bapak menanyakan perjalanan Ardi ke Ijen tadi. Ardi sempat memperlihatkan foto-fotonya saat berada di puncak. Bapak juga menanyakan perubahan apa saja yang terjad