Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2016

Welcome, 21 ...

Alhamdulillah aku masih diberi kesempatan menghirup nafas di umur ke-21 tahun ini. Aku mengucapkan banyak terimakasih kepada keluarga, sahabat, kawan, dan saudara yang telah memberikan doa terbaiknya. Semoga doa-doa tersebut di ijabah oleh Tuhan dan yang pasti kembali juga kepada yang telah mendoakan. Dibalik segala kebaikan yang terjadi di tanggal 31 Mei, ada pula kebaikan yang selalu aku doakan agar bertambah pula nilai kebaikannya. Semoga pernikahan Abah dan Ibu yang sudah masuk di tahun 22 selalu dalam lindungan Tuhan. Diberkahi dan langgeng hingga hanya maut yang akan memisahkan mereka. Aamiin … Tidak banyak yang bisa aku lakukan di hari lahir ini selain cekikikan dirumah sambil membaca doa dan harapan yang kawan-kawanku kirim. Ada doa yang nyeleneh seperti dibawah ini. Oke, Nda. Apa hubungannya punya "itu" sama kebiasaan ngeblog??? Mungkin Bunda pikir aku suka ngeblog karena aku jomblo, kesannya nggak punya kerjaan gitu, jadinya ngeblog deh. Tol

Rabu Rasa Minggu

Kemarin setelah kuliah Donat tidak pulang ke rumahnya. Melainkan menginap di Banyuwangi, di tempatku. Satu alasan yang membuat Donat tidak pulang ke rumahya. Takut. Sabtu lalu Balokan (tempat tinggal Donat) di gegerkan oleh penemuan mayat dalam kantong plastik. Dan lokasi pembuangan itu berada di timur rumah Donat. Disebabkan alasan itulah Donat tak berani pulang ke Balokan malam-malam. Apalagi hari selasa jadwal kuliah kami hingga pukul sembilan. Sebenarnya jika Mbak Lela masuk kuliah semua akan baik-baik saja. Yah, minimal mereka berdua, nggak sendirian. Dan dikarenakan serangkaian acara bulan madu yang telah dipersiapkan, Mbak Lela akhirnya nggak kuliah. Mbak Lela dan suami akan ke Bali hari ini. Padahal ke Bali-nya masih hari Rabu, tapi nggak masuk kuliahnya mulai hari Sabtu. Dasar, manten baru :D Jadi begitulah, agak awkward ketika Donat menginap di weekday. Biasanya, kan, dia nginepnya hari Sabtu. Hari ini akhirnya aku melaksanakan cita-c

Mahar Istimewa

Buku Laskar Pelangi Song Book yang aku dapatkan di bazar buku Gedung Korpri kemarin banyak menyita perhatianku. Dari rumah aku segera memutar CD yang terdapat dalam buku tersebut. Sementara aku mendengarkan lagu-lagu yang kuputar, Ardi melihat-lihat isi buku itu. Sampai kemudian dia menunjukkan padaku bagian dari buku tersebut. Berisi sebuah foto pernikahan dengan caption yang membuatku tercengang. Salah seorang penggemar Pak Cik menjadikan novel Edensor sebagai mahar pernikahan mereka. Oh My! Aku tidak menyangka ternyata ada juga orang yang berpikir gila sepertiku. Aku pernah membuat meme yang bertuliskan “Saya terima nikahnya dengan seperangkat novel Andrea Hirata, dibayar tunai.” Dan ternyata ada juga pasangan pengantin yang menjadikan karya Pak Cik sebagai mas kawin. Hahahaha unbelievable … By the way , aku serius dengan meme yang aku buat. Aku juga menginginkan novel-novel karya Pak Cik yang akan menjadi mahar pernikahanku nanti. Nggak sulit, kan?

PKI dan Seragam Pramuka

Aku nggak pernah membayangkan mimpi jenis ini bakal mampir ke tidurku. Memang, orang bilang mimpi itu hanya bunga tidur. Tapi nggak sedikit mimpi yang membuatku bangun dengan keadaan mood jelek. Intinya, beberapa mimpi yang aku alami mempengaruhi mood -ku seharian. Mungkin karena kemarin aku seharian berada di rumah Mbah di Krasak, jadi latar tempat mimpi kali ini adalah rumah Krasak. Nah, gaes , kalian tahu apa mimpiku kali ini? Mimpi tentang orang-orang PKI. Sebenarnya mimpi ini bukan kategori mimpi buruk, tapi suasana yang terjadi dalam mimpiku itu benar-benar mencekam, mirip film-filmnya Tante Suzanna. Jadi gini, waktu itu di dalam rumah Krasak ada aku, Abah, Ibu dan kenangan Nia, yang nongol di mimpi cuma empat orang itu aja. Kami sedang membereskan berbagai buku ketika tiba-tiba ada siaran di Masjid Nurullah bahwa sebentar lagi akan ada orang-orang PKI yang melakukan sweeping. Saat siaran berlangsung aku sedang membaca majalah “Bobo” entah edisi berapa

Laskar Pelangi Song Book

Siang ini setelah Mbak Desi selesai mengerjakan statistik dirumah, aku segera pergi ke Lateng bersama Fahri dan Bu Is. Hari ini aku mengunjungi dua adik sepupuku yang baru saja terkena musibah. Pertama, Maulana yang kemarin jatuh dari tempat tidur. Duh, padahal dia masih 5 bulan. Kebayang gimana rasanya, Maulana sih mungkin belum bisa sambat . Tapi kita-kita yang sudah gede ini pasti yang bingung. Kedua, Lintang yang jatuh dari sepeda kayuh. Padahal Sabtu kemarin aku baru saja mengunjunginya, kok ndilalah ndak sampai seminggu aku ke Lateng lagi -___- Setelah semua urusan menjenguk selesai, aku mampir ke bazar buku Gedung Korpri. Memang sudah masuk dalam list , bahwa hari Kamis agenda kita adalah ke Lateng lalu ke bazar buku. Sampai di Korpri aku agak bego melihat suasana gedung yang lengang. Ini pameran buku apa pameran kenangan mantan, kok suepi banget. Ah, mungkin karena masih siang jadi belum terlalu ramai, pikirku. Setelah menyelesaikan urusan dengan ma

Semua Perempuan Akan Belajar Masak Pada Waktunya

Hari ini tiba-tiba saja aku teringat obrolan ringan dengan Donat. Waktu itu Donat menanyakan satu hal yang dekat sekali dengan kehidupan perempuan. “Awakmu iso masak?” Tanpa tedeng aling-aling, dia menanyakan hal retorik. Ya jelas enggak lah, hahahaha … Kalau yang dimaksud masak disini adalah masak telur, air, nasi, mi instan, aku bisa. Lalu dia mengerucutkan kembali pertanyaannya. “Jangan santenan iso?” Benar-benar, kenapa dia jadi bersikap seperti calon mertua yang cerewet? Aku mengerti, dia hanya tidak ingin aku menjadi perempuan yang payah di dapur. Jadi begini gaes , kalau sayur tumis, sayur bening, ya oke lah masih mampu. Tapi kalau sudah berhubungan dengan masa lalu mantan, eh, santan, marut-memarut (meskipun sekarang sudah banyak santan instan) aku angkat tangan. Bukan angkat tangan juga sih sebenarnya, aku saja yang belum pernah belajar dari Bu Is. Hal-hal berbau dapur ini juga selalu menjadi senjata Abah dan Ibuku untuk nggojloki anak gadisnya