Kadang, bab bodo amat yang aku pelajari selama ini lindap begitu saja ketika berhadapan dengan orang atau situasi tertentu. Tiba-tiba jadi perasa, tiba-tiba jadi melodrama. Aku yang entah mengapa belum benar-benar ingin berkomitmen merasa menjadi semakin jauh dari pijakan. Aku merasa terlalu picky , terlalu penuh dengan pertanyaan-pertanyaan, terlalu sibuk memikirkan mengapa harus terburu-buru. Yang kadang aku sendiri sulit membedakan benarkah terlalu banyak pertimbangan atau memang benar begitu adanya, ya memang harus dipikirkan benar-benar. Beberapa waktu yang lalu aku meyadari hal yang selama ini terlewat. Di masa remaja ternyata aku tidak pernah memiliki impian atau angan-angan hidup bahagia bersama laki-laki, I mean berkeluarga. Bayanganku dulu hanya hidup bersama bapak, ibu dan Ardi (waktu itu belum ada Ai), financial stable dan memahagiakan mereka. Tidak terlintas satu pun sosok laki-laki lain. Kemudian Donat bilang “maybe you just feel enough with your life makanya dah
Hamba Allah yang lucu dan ayu *tiupkuku