Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2020

Please Don't Date Him

Aku mulai jatuh hati pada Song Ha Yoon ketika pertama kali melihat dia dalam drama Fight for My Way. Di drama itu ia berperan sebagai second lead female, yang bersahabat dengan Kim Ji Won, Park Seo Joon dan Ahn Jae Hong. Song Ha Yoon bermain dengan apik sekali. Dialog-dialognya ringan tapi kuat. Ada satu adegan yang masih lekat di ingatanku. Adegan saat Ha Yoon dan Ji Won duduk bersama dan bicara soal mimpi. Ha Yoon bertanya apakah salah punya mimpi yang sederhana, sesederhana ingin menjadi ibu rumah tangga? Kalian harus melihat sendiri adegan itu sehingga bisa merasakan peran yang dimainkan oleh Ha Yoon. Tidak hanya itu, adegan ketika Ha Yoon menangis juga adalah bagian favoritku. Ingat ketika dia mendapati sang pacar, Ahn Jae Hong, tertidur di rumah perempuan lain? It broke my heart so much . Menangyyys aku dibuatnya. Nah, sekarang ini Song Ha Yoon kembali bermain dalam sebuah drama yang ditayangkan MBC, Please Don't Date Him. Aku baru nonton sampai episode dua. Tapi, di episode

Been There, Done That

Salah satu adegan dalam drama Start Up mengingatkanku pada sebuah pengalaman diremehkan. Dialog yang diucapkan oleh fisrt lead male, Nam Do San, otomatis membuatku mengingat kejadian di masa lalu. Adegan ketika Chul San dan Yong San meragukan Seo Dal Mi untuk presentasi pada pekan retas di Sandbox (episode 5). Seperti yang diketahui bahwa latar belakang pendidikan Dal Mi hanya SMA, bagaimana mungkin bisa menjelaskan apa itu kecerdasan buatan? Kemudian Do San berkata “Kenapa meremehkan orang lain padahal tahu rasanya diremehkan?”. Sejak Seo Dal Mi terpilih menjadi CEO saja dua shabat Do San itu sebenarnya sudah meragukan Seo Dal Mi. Di masa lalu, aku pernah sampai pada kejadian yang akan selalu teringat sebagai sebuah pelajaran. Awal-awal siaran aku mendapat tugas memandu talkshow seorang profesor dari salah satu kampus yang ada di Banyuwangi. Seperti biasa aku merasa gugup berhari-hari membayangkan akan bertatap muka dengan seorang profesor, ngobrol pula. Aku menepis rasa gugup den

Berobat Bersama Bapak

Hari ini mumpung libur siaran aku mengatar bapak ke puskesmas untuk periksa penyakit kulitnya. Penyakit yang sudah lama itu semakin hari semakin menyiksa bapak. Berbulan-bulan kami berspekulasi yang aneh-aneh, kami bahkan sudah memantapkan hati apabila bapak menderita diabetes, melihat luka-luka beliau mirip luka yang timbul karena diabetes. Bahkan sebelum pergi ke puskesmas bapak berniat pergi ke kiai karena mengira penyakitnya dibuat oleh manusia. Hhhhh, what a nonsense , batinku. Beruntung, setiap bapak mengunjungi kiai, selalu zonk alias enggak pernah bertemu dengan sang kiai. Bukan aku tidak percaya pada hal-hal diluar nalar, tapi sepengetahuanku bapak tidak pernah bermasalah dengan orang. Bapak bukan pengusaha top atau sosok luar biasa sehingga berpeluang memunculkan musuh. Jadi, ya, aku sama sekali tak mendukung rencana bapak pergi ke orang pintar. Semua berjalan dengan lancar sampai akhirnya kami sampai di puskesmas. Bahkan saat ambil nomor antrian pun kami dimudahkan oleh Al