Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2017

The Power of Stalking

Saat sedang membuka Direct Message di Instagram siang ini, saya mendapat satu permintaan pesan masuk. Dari penglihatan saya yang insyaAllah masih baik ini, saya tidak mengenali perempuan berjilbab dengan username *ah******a* itu   Pesan itu ia kirim kemarin, dan baru saya buka hari ini. Dari caranya menyapa saya, dia berhasil mendapat kesan baik dimata saya. Saya menyampaikan permintaan maaf karena baru sempat membalas pesannya. Dia tipe perempuan yang mudah akrab dengan orang lain, buktinya ya perkenalan kami hari ini. Perempuan itu meminta ngobrol via WA agar komunikasi kami lebih lancar, saya pun memberikan nomor WA saya, meskipun saya masih bertanya-tanya siapa perempuan ini. Karena akun instagramnya di gembok saya jadi nggak bisa stalking . Saya udah keder aja, jangan-jangan dia haters yang mau labrak saya. Tapi kan saya bukan Ayu Ting-Ting. *skip Tidak lama kemudian akhirnya dia menghubungi saya lewat WA. Dia memperkenalkan namanya –meskipun saya sudah tahu namanya, kar

Happy Friday

Jum’at ini menjadi hari yang bersejarah bagi dua old friends saya. Kawan saya pertama, Inda Rizkya Putri. Hari ini dia memperingati hari lahirnya yang ke dua puluh dua tahun *ciye wis tuwa Segala doa terbaik insyaallah senantiasa kuselipkan, Mbel. Semoga segala harapan dan cita-citamu diridhoi Allah. Benar katamu, apapun itu, sehat atau sakit, tak semestinya membuat kita lupa bersyukur. Di usia yang ke-22 ini semoga kedewasaan selalu mengiringi tindakan serta pikiranmu. Tetaplah menjadi Inda yang kukenal. Inda yang dulu, hari ini, maupun yang akan datang, moga kamu selalu menjadi perempuan yang baik. Tetaplah menjadi Bu Guru yang selalu mengayomi anak-anak. Memberikan kasih sayang, ilmu, serta perhatian pada mereka. Semoga menjadi guru yang selalu diberi kesabaran dalam mendidik beragam jenis watak murid-murid. Tetaplah menjadi anak yang berbakti pada kedua orang tua. Bahagiakan bapak dan ibu selagi mereka masih ada. Jadilah kakak yang penyayang untuk Mira dan Bandar. Mereka

Sabtu sore itu ...

Setelah melalui rapat dan diskusi terkait safari LDK, Sabtu kemarin akhirnya kami melakukan eksekusi. Kegiatan anjangsana TPQ pertama kalinya ini bertempat di TPQ Ar-Raudoh, Klatak. Saya bersyukur karena bantuan dari seorang kenalan, LDK akhirnya mendapat tempat dan kesempatan untuk berbagi ilmu. Kekhawatiran saya tentang anggota yang hadir ternyata tidak meleset. H min beberapa hari, saya sudah khawatir bagaimana jika anggota LDK banyak yang berhalangan hadir. Dan ternyata, sesuai dugaan. Dari pagi saya tidak menemukan Bibeh berkomentar di grup. Akhirnya di jam siang saya mengirim pesan padanya. Saya patut bersyukur karena Bibeh sanggup hadir. Sebenarnya Sabtu itu saya juga sedang berada di situasi yang agak sulit untuk pergi keluar. Namun, karena kesepakatan hari yang telah ditentukan di rapat kedua, mau tidak mau saya harus hadir. Saya juga lupa kalau Sabtu ada selapan Raisya, lha kok saya iya-iya aja pas penentuan hari eksekusi. Beberapa anggota sudah berkomentar di gr

Ayat-Ayat Cinta 2

Kemarin siang, saat saya sedang ndusel diatas kasur, Donat mengirim pesan. Dia menanyakan tentang sekuel film Ayat-Ayat Cinta. Pesan Donat tersebut membuat saya bangun dari tidur. Dalam posisi duduk saya segera mengirim pesan balasan. Kami terlibat pembicaraan mengenai AAC sampai akhirnya Donat menyuruh saya stalking Instagram Pak Produser peranakan India itu. Benar saja. Saya melihat presscon yang mereka lakukan –Pak Manoj, Bang Fedi, Kang Abik– beberapa waktu yang lalu. Ya Allah, Tuhan YME. Kok saya bisa nggak update gini, ya? Dalam hati saya mengucapkan terimakasih ke Donat atas informasi yang membuat saya ngikik-ngikik nggak jelas. Perasaan senangnya susah didefinisikan, gaes . Kebenaran kabar tersebut dikuatkan dengan munculnya akun official Ayat-Ayat Cinta Movie. Tanpa pikir panjang lagi, saya segera follow akun tersebut. Lantas, saya bernostalgia dengan foto-foto dari Ayat-Ayat Cinta yang pertama. Yang lucu adalah, ketika saya dengan santainya bilang ke Donat,

Berpisah Untuk Kembali

Karena keperluan mengisi daya ponsel, saya mematikan data ponsel saya. Cukup lama, sekitar dua jam lebih. Saat saya cek ponsel dengan menghidupkan data, ada pesan masuk dari Titin, kawan saya semasa SMP. Dia menanyakan posisi saya saat itu, dan –tumben sekali– hendak mengajak saya dolan. Saya buru-buru membalas pesannya. Tumben sekali dia tiba-tiba ngajak dolan. Dan setelah beberapa lama Titin membalas dengan balasan, “Awmu siap gak lek saiki Mey?” Waduh, pada waktu itu keadaan saya masih lusuh. Belum mandi, belum siap-siap. Meskipun sudah pukul setengah empat sore. Titin bilang lagi ke saya untuk segera berangkat, dia sedang bersama Amin. Saya melotot melihat layar ponsel. Amin??? Amin Romadoni??? Amin teman kita SMP itu??? Amin yang sedang di Jepang??? Berarti sekarang dia di Indonesia??? Mmm bukan, berarti sekarang dia ada di Banyuwangi??? Titin meyakinkan saya dengan mengirim foto Amin yang sedang berdiri menunggu teman yang lain. Saya kelabakan, rasanya nggak per

Bertepuk Sebelah Tangan

Aku tidak tahu pasti kapan perasaan itu muncul. Perasaan yang susah untuk kudefinisikan. Perasaan cinta, kah? Sayang, kah? Keduanya terlalu susah untuk di bedakan. Empat tahun sudah kita menghabiskan mata kuliah di kelas yang sama. Semuanya baik-baik saja hingga kemudian tugas akhir membuat segalanya menjadi tidak baik. Aku tahu ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatiku. Aku tahu ada sesuatu yang jika kubiarkan saja, sesuatu itu akan menjadi bumerang bagiku. Benar saja, aku menjadi pemujamu. Aku selalu siap saat kau membutuhkan sesuatu berkenaan dengan tugas akhirmu, mencari data, referensi, memperbaiki revisi tugas akhir yang kau kerjakan hingga membuatku begadang. Aku selalu ada saat kau mengeluh tentang tugas akhirmu. Aku selalu bersedia menjadi teman yang menemani kau kesana-kemari. Aku rela bangun pagi-pagi sekali demi membuatkanmu power point seminar proposal. Aku selalu ada disampingmu. Namun, kau? Awalnya, aku rasa kita akan saling menyemangati satu sama lain dalam m

Cerita Perempuan

Setelah beberapa hari kemarin sempat berkutat dengan cerita soal perempuan, akhirnya saya memutuskan untuk menulis ini. Hampir berurutan, saya menerima keluhan dari orang-orang yang saya kenal. Setelah kemarin insiden adik kelas saya dan Kak Lia, baru-baru ini seorang kawan perempuan mengirim inbox melalui facebook . Tanpa basa-basi lagi, kawan saya tersebut secara terus terang ingin menumpahkan segala curahan hatinya kepada saya. Padahal, bisa dibilang kami belum pernah bertemu tatap muka secara langsung dan ngobrol, kecuali dulu saat masih sama-sama sekolah, di sekolah ngobrol pun sebenarnya kami jarang. Saya yang memang sudah mengikuti kabarnya lewat maya –mengamati statusnya yang sering galau– sudah feeling bahwa ada sesuatu yang terjadi. Benar saja, rumah tangganya sedang bermasalah. Dia menumpahkan segala perasaannya, sedih, sakit hati, cemburu. Semuanya dia keluarkan. Sebenarnya saya tidak tahu harus bagaimana ketika ada kawan-kawan yang lari ke saya dan mengad

Hijrah?

Beberapa hari yang lalu saya menerima pesan dari salah satu adik kelas. Adik kelas yang tak bisa saya sebut namanya, demi menjaga privasi dirinya. *batuk kecil Dia memberikan sebuah pertanyaan, “Kalau orang hijrah, apa boleh pacaran?” Ntap , dik ... pertanyaan dengan bobot sembilan. Warbiyasa pusing saya dibuatnya. Saya pikir dia akan bertanya masalah kuliah atau hal lain yang tidak berhubungan dengan agama. But, yeah, as a good sister I should try my best to answer ... Jadi begini, dik , seperti yang sudah saya jawab tempo hari. Orang hijrah boleh pacaran, ndak ada yang ngelarang (Ini sih menurut saya, ya. Lha iya, wong yang ditanya saya. Bukan begitu?) . Pacaran adalah hak segala manusia, begitupun ketika tidak pacaran. Hmmm , saya lelah sebenarnya nulis tentang pacar-pacaran begini. Ujung-ujungnya saya dikira sirik sama orang yang pacaran. Dikira terlalu lama sendiri terus kesepian, merana, nggak bahagia, kurang kasih sayang belaian mesra, akhirnya nyinyirin mereka.