Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2017

Betapa Mendadak Itu Menyebalkan

Semalam, bertepatan dengan Malam Minggu, Pak Ahmadi menyiarkan pengumuman lewat toa di mushola Nurud Dakwah. Waktu itu saya sedang nonton Defendant dan Ibu saya sudah hampir tidur. Waktu itu kira-kira pukul setengah delapan malam. Manusia macam apa yang rapat di Malam Minggu seperti itu. Saya sudah was-was ketika Pak Ahmadi mengucapkan salam lewat toa. Yaaa, you know lah , pengumuman di jam segitu biasanya ya berita duka. Tapi dari nada bicaranya, saya yakin itu bukan berita duka. Benar saja. Dalam pengumumannya, beliau memberitahukan bahwa besok pagi akan diadakan Car Free Day (CFD) di sepanjang Jalan Kepodang, juga Isra’ Miraj akan diadakan Senin malam Selasa di Mushola Nurud Dakwah, masing-masing KK diharap memberi ancak unntuk kelancaran acara tersebut. Saya entah kesambet apa tiba-tiba bilang ke Ibu, “Ayo, ikut.” Ibu saya setengah sadar setengah tepar mengiyakan ajakan saya. Akhirnya, Minggu pagi saya, Ibu dan Fahri keluar rumah dengan seperangkat alat tempur. Setelah berj

Talkshow: Perempuan Untuk Peradaban

Usai sudah acara talkshow yang dilaksanakan oleh PAC IPPNU Banyuwangi siang tadi. Beberapa hari yang lalu Fitria sempat DM saya via Instagram. Dia menanyakan apakah saya kosong di tanggal 24 April. Saya ingat kalau tanggal itu adalah tanggal merah karena peringatan Isra’ Mi’raj. Saya jawab sepertinya kosong, pikir saya akan diajak kegiatan isra’ mi’raj. Tapi ternyata saya diminta untuk jadi moderator talkshow bertajuk “Perempuan Untuk Peradaban”. Seketika saya langsung mengiyakan ketika tahu bahwa narasumbernya adalah Ning Nia, Bu Fat dan Kak Iraa. Nggak tahu, saya merasa rugi aja kalau sampai tidak hadir bersama mereka. Hari ini pun tiba. Saya berangkat pukul 08.00 dari rumah, diantar the most handsome man in the world, Bapak saya. Sampai di PCNU sudah banyak peserta yang ngerubung di parkiran. Bapak saya bilang, “Wes akeh arek ngono.” Saya segera turun dari boncengan, salim ke Bapak, cium Fahri yang tadi ikut mengantar saya, lalu menyebrang jalan. Saya langsung ke atas, ke aula.

Congraduation, Dim.

Selamat wis-sudah, Dimas. Selamat bernafas lega setelah selama ini ditempa berupa-rupa cobaan. Selamat bernafas lega setelah akhir-akhir ini berjibaku dengan tugas akhir yang sungguh luar biasa. Dimas adalah kawanku saat sekolah dasar. Tentu sebagian dari kalian sudah tahu. Karena aku pernah menulis tentangnya dulu. Kali ini pun sama, tulisan ini khusus untuk dia di hari istimewanya. Dimas adalah satu-satunya kawan SD-ku yang hingga saat ini berkomunikasi dengan baik. Ya, bisa dibilang begitu. Aku lupa bagaimana kenangan kami bersama kawan-kawan dulu. Karena itu sudah lama sekali terjadi. Dimas dulu juga sempat menjadi teman curhat. Biasalah anak muda. Saat ini pun masih sama. Kami tetap berhubungan baik. Beberapa waktu yang lalu Inda kirim pesan, “Mbel, Dimas wisuda tanggal 19. Sudah tahu kan kamu?” kujawab belum. Karena memang aku belum tahu. Iya, Inda mengenal Dimas. Dimas pun mengenal Inda. Bagaimana mereka bisa saling kenal? Ah, ceritanya panjang, toh, tulisan ini jug

Panitia Aksi GenRe

Beberapa waktu yang lalu saya sempat komen story WA-nya Bunda Anggie. Waktu itu beliau lagi ngeMC wisuda di Stikom dan lagi foto sama Mbak Ucik, kakak kelas saya SMK. Dari komen itu, lalu Bunda bilang “Kebetulan WA. Ada tugas buat Mey.” Lah, belum apa-apa dah ada tugas aja. Lalu Bunda kirim surat pemberitahuan dari BPPKB Kab. Banyuwangi. (Oh ya, buat yang belum tahu kenapa kok Bunda bisa ngirimin saya surat itu, sekarang Bunda jadi Ka. Humas di kampus merah putih. Ngerti Ka. Humas kan, ya?) Isinya adalah mengundang 10 orang mahasiswa untuk berpartisiasi dalam acara Aksi GenRe di Taman Blambangan. Di lembar disposisi, dibawah kolom apa gitu saya lupa, ada tulisan tangan, hubungi Suryanto/Meydiana Isfandari mhs Fisip. Saat itu, saya langsung kirim foto surat tersebut ke Suryanto. Ternyata Sur dah tahu, jadilah komunikasi kita akhirnya mudah. PR kita adalah mencari 8 lagi mahasiswa. Saya lumayan excited ketika dapat surat itu. Ada perasaan yang susah dijelaskan. Retrouvailles, git

A Day with Melanie Subono

Akhirnya saya bisa bernafas lega dan tidur dengan nyenyak. Hari dimana saya tidak bisa konsentrasi dengan baik dan bolak balik mules itu telah terlewati. Ya, acara yang mengundang Melanie Subono dan Indah Catur serta menjadikan saya sebagai moderator itu akhirnya usai sudah. Saya bingung harus cerita dari mana, gaes . Begitu banyak cerita yang ingin saya sampaikan, jadi baca aja dulu, meski ceritanya lompat sana-sini, saharapkaliantakbosan. Jadi, beberapa minggu yang lalu, saya dan kawan-kawan BEM rapat persiapan seminar perempuan, yang memang sudah masuk program kerja kita. Setelah duduk bareng, makan bareng, guyon bareng, akhirnya kita sepakati tema yang diambil adalah Peranan Perempuan di Era Kekinian. Pertama-tama alot tuh, ada yang nggak setuju, apalagi para lalaki cerewetnya naudzubillah, ngalah-ngalahin perempuan. Tapi yah, toh akhirnya mufakat juga. Banyak pertimbangan serta filosofi-filosofi yang terlontar dibalik makna tema tersebut, yang sa rasa tak perlu dijabarka

Saus Tiramku

Dibalik segala kegiatan yang saya lakukan, setidaknya selalu ada teman yang selalu support saya. Entah mereka support dengan cara menghadiri acara atau support dengan cara terlibat juga dalam acara tersebut. Pada acara seminar perempuan kemarin, saya dan Bibeh sempat melihat daftar nama-nama peserta yang sudah di rekap. Bibeh menanyakan nama-nama para sahabatnya yang sudah tak asing lagi di telinga saya. Dia bilang, “Aku tuh kalo ada acara, mesti gengges tak suruh datang wes Mey. Kamu gitu juga?” Saya hanya tersenyum, “Nggak sih, Woh. Ya gimana ya, nggak pernah sih.” Lalu kami terdiam dalam kesibukan masing-masing. Kemarin, di saat saya sedang sibuk rekap nama-nama peserta yang dikirim oleh Bara, saya melihat nama-nama orang yang sudah saya kenal. Dari sana, saya sudah senang. Meskipun saya tidak meminta mereka datang, mereka datang. Sesaat sebelum acara dimulai, Bibeh memanggil saya, “Di, tuh kawan-kawanmu.” Saya menoleh ke arah yang ditunjuk Bibeh. Ada Donat rasa permen bl

Memahami Hidup

Dalam hidup, kita senantiasa dihadapkan pada berbagai macam karakter manusia. Berupa-rupa sifat manusia bertebaran di muka bumi ini. Dari yang keras kepala, hingga sabar luar biasa. Semuanya ada. Semuanya tersedia. Kita tidak bisa menentukan bagaimana seseorang harus bersikap. Kita tidak bisa menyuruh seseorang harus bersikap seperti yang kita kehendaki. Hidup tidak berjalan seperti itu. Manusia dengan segala sifatnya menghiasi bumi ini seperti pelangi. Tersusun dari warna-warna yang berbeda, namun indah. Saya telah bertemu dengan macam-macam watak manusia melalui sebuah hubungan bernama teman. Mereka tak hanya memberi pelajaran, lebih dari itu, mereka memberi pemahaman, mereka mendewasakan. Kita harus paham bahwa hidup tidak selalu tentang memberi, tidak selalu tentang mencintai, tidak selalu tentang mendengarkan, tidak selalu tentang melihat, tidak selalu tentang membenci. Ada saatnya kita berada pada posisi diberi, dicintai, didengarkan, dilihat dan dibenci. Because, ev