Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2017

Dolan Plus-Plus

Hari Minggu kemarin, pagi-pagi sekali saya sudah keluar rumah untuk pergi ke Selatan.   Dalam rangka apa? Akan saya jelaskan dalam tulisan ini. Pertama, silaturahmi. Sejak Ibu pulang pertengahan Januari lalu, kami memang belum bertemu. Ibu yang dimaksud dalam tulisan ini Ibunya Veni, gaes . Ibu sedang hamil besar, dan beliau akan stay in Banyuwangi for a long time . Setidaknya beliau nanti akan lahiran di Banyuwangi. Ibu pulang di saat kami disibukkan dengan jadwal seminar yang datang secara tiba-tiba. Berkali-kali Suryanto mengajak saya ke Genteng, namun apa daya, proposal mengalihkan dunia saya. Dan setelah saya selesai seminar, barulah kami berangkat ke Genteng. Hari Sabtu Veni menginap di Banyuwangi. Sabtu siang, saya dan Veni menyelesaikan segala urusan yang telah di rencanakan maupun urusan yang tidak di rencanakan. Menjelang maghrib kami baru bisa rebahan. Sesi rebahan tidak berlangsung lama, ba’da isya’ kami keluar lagi. Kami ngumpul bertiga. Ngobrol ngalor ngidul ngetan n

Pertemuan Singkat

Sejauh apapun kita berada, dia akan tetap dekat. Selama apapun kita tak bertemu, dia akan tetap menjadi dia, sahabat kita. Hari ini saya pergi ke perpustakaan daerah. Selain karena buku yang hendak saya cari, saya juga rindu tempat ini. Sampai di sana, saya bertemu Mbak Inung, Mbak Putri dan Mas Rama. Mereka wajah-wajah lama yang telah akrab dengan saya. Mbak Inung sempat mengucapkan selamat atas sempro yang telah saya lalui. Saya dan dia sama. Dulu, Mbak Inung adalah peserta sempro pertama. Setelah basa-basi yang lumayan lama dengan para penghuni perpustakaan itu, saya masuk ke ruang baca. Dari dalam, ada seseorang yang melambai-lambai ke arah saya. Saya sempat tidak mengenali, karena lumayan jauh. Tapi, beberapa detik kemudian saya segera sa’i (lari-lari kecil maksudnya, wkwk) menghampiri perempuan itu. Saya tidak menyangka jika dia kemari hari ini. Memang tempo hari dia bertanya apakah masuk ke perpustakaan harus memiliki kartu anggota terlebih dahulu? Saya jawab tidak. Lh

Biarlah

Memang benar, tidak ada yang abadi di dunia ini. Sebagaimana yang terjadi pada saya, mungkin juga pada orang lain di sekitar saya. Keinginan dan harapan dapat sewaktu-waktu berubah seperti perasaan manusia. Segala hal yang terjadi pada saya akhir-akhir ini, membuat saya berfikir dua kali dalam menentukan langkah. Segala perasaan sedih, marah, kecewa, takut, semua itu mempengaruhi pola pikir saya. Dulu, saya berani merajut dengan indah mimpi-mimpi yang membuat saya tidak ingin bangun dari tidur. Mimpi-mimpi yang selalu saya dambakan untuk menjadi nyata. Mimpi-mimpi yang –dengan bodohnya– saya yakin akan terwujud. Semua itu hanya mimpi-mimpi yang saya bangun di saat saya belum siap untuk kehilangan. Hari ini saya sadar, saya tidak ingin lagi membangun mimpi-mimpi indah di atas ketidakjelasan hidup. Semua serba gamang, serba tidak pasti. Hari ini A, bisa jadi lusa berubah jadi B, C, bahkan D. Saya sadar, yang seharusnya saya lakukan hanyalah menjalani hidup yang Tuhan berikan hari

Sudahlah, Kak

Kemarin sebelum ke kampus, saya dan Erni mampir ke SR 21. Disana saya bertemu Kakak Lia, yang pas ketemu, saya selalu berik-berik nggak jelas. Nggak tahu, ketemu siapa saja saya selalu girap-girap begitu, turunan siapa ndane? Sebelum bicara sepatah, dua patah kata, dia ujug-ujug menodongku dengan pertanyaan. Bahkan sebelum saya sempat duduk di kursi tunggu. “Kak, aku wingi moco blog-mu. HTI iku opo se?” Setelah dia bicara seperti itu di tambah ekspresi wajahnya yang innocent tapi ngeselin , kami berdua ngakak di dalam ruangan yang hanya berisi beberapa orang tersebut. Namanya juga secret reader , nggak ada yang suruh baca ya dibaca. Saya jawab, “HTI itu Hizbut Tahrir Indonesia, Kak.” Dah, saya hanya jawab sebatas itu saja. Lha kok tiba-tiba dia bilang, “Aku koyok e tertarik melok HTI, Kak.” Saya tidak tahan untuk tidak mendelik dan tentunya ngakak (lagi). Saya tahu mungkin dia hanya bercanda, atau mungkin juga dia benar-benar serius dengan ucapannya. Karena jaman

Nano-Nano Sempro

Akhirnya 16 Januari telah terlewati. Hari dimana 3M melakukan seminar proposal sekaligus sebagai penampil pertama. Iya, 3M. Mey, Melinda, Mahendra, gitu maksudnya. Kami mendapat kesempatan untuk menjadi cermin bagi kawan-kawan seperjuangan yang lain. Sedangkan kami sendiri tidak memiliki cermin untuk bercermin. Apa yang terjadi pada 3M semalam merupakan cermin untuk yang lain agar mereka dapat memberikan penampilan yang lebih baik lagi. Seminar yang dihadiri oleh dosen pembimbing utama dan anggota semalam berjalan lancar, meskipun sedikit tegang. Tentu tegang, wong kami adalah penyaji pertama, ditambah dospem kami adalah Pak Purdi dan Bu Leni. Mukaddimah yang disampaiakn Pak Purdi dan Bu Leni menjadi palu yang menghantam-hantam saya semalam. Kalimat-kalimat yang dilontarkan membuat saya kehilangan konsentrasi. Bisa dibilang, semalam itu adalah presentasi saya yang paling buruk selama kuliah. Dari jam 4 saya tiba di kampus, mengatur ruangan, menata kue, cek materi, saya bi

Terimakasih, Wasi'a

Saya masih dalam proses beradaptasi dengan iklim semester akhir. Beberapa hari ini saya harus bolak-balik kampus untuk bimbingan proposal skripsi. Di satu kesempatan, saat saya menikmati me-time saya, saya tersenyum. Ternyata seperti ini rasanya, lelahnya, perjuangannya. Hari ini saya kembali ke kampus menemui Dosen Pembimbing, bersama dua rekan seperjuangan saya lainnya. Melinda dan Mahendra. Selasa lalu saya sudah bimbingan. Pak Purdi memberi revisi pada beberapa bab. Sudah tentu dan pasti, bab dua. Bab ini memang sungguh luar biasa. Butuh kesabaran tingkat makrifat untuk menghadapinya. Sekitar setengah jam, Pak Purdi memberikan wejangan, nasihat, masukan, kritik, saran, semuanya. Saya bersyukur mendapat DosPem sebaik beliau, duduk di sebelah beliau seperti duduk di sebelah alm. Kakung. Keriput di tangannya, gurat lelah di wajahnya, semua seperti Kakung. Nah, kan, saya jadi rindu Kakung. Kami bertiga selesai bimbingan menjelang Maghrib. Mau tidak mau memang harus selesai

Belajar Dari Pinokio

Setelah membagikan tautan blog saya mengenai acara HTI di facebook, saya kebanjiran komentar. Beberapa orang yang saya kenal memberikan reaksinya kepada saya, baik langsung lewat kolom komentar maupun lewat inbox.   Jujur saja tulisan tentang HTI itu adalah tulisan yang menurut saya paling benar (maksudnya nggak ada baper-baperan, curhat nan alay, melodrama) dibanding tulisan saya sebelum-sebelumnya. Jadi setelah melalui proses editing yang lumayan lama, saya mantap untuk membagikannya ke facebook. Karena ada banyak tulisan yang saya posting di blog namun tidak saya share ke facebook. Jika saya boleh menebak, asal mula munculnya beragam komentar itu adalah karena judul yang saya berikan. Karena waktu itu saya memberi judul yang propaganda sekali, “Terimakasih, HTI”. Nah, bagi orang yang gemar komentar sebelum membaca tentu pemikiran mereka sudah kemana-mana. Jangan-jangan saya sudah menjadi aktivis HTI, begitu kira-kira. Padahal, ucapan terimakasih disini memiliki banyak tafs

Tahun Baru 2017

Meskipun telah memasuki hari ketiga di tahun 2017, saya juga tak ingin melewatkan rapalan doa dan harapan untuk tahun yang baru ini. Waktu bergulir sesuai porosnya. Dari waktu ke waktu apa yang menjadi keinginan manusia berbeda-beda. Saya misalnya. Apa yang menjadi keinginan saya sebenarnya sama saja tiap tahun. Semakin baik, bermanfaat bagi sesama, semakin bahagia, serta hal-hal positif lainnya. Hanya saja di tahun ini saya menyelipkan doa agar segala urusan studi saya lancar dan berakhir bahagia di bulan Juli atau Desember nanti. Ya, apalagi jika bukan wisuda. Momen perayaan kelulusan bagi seluruh mahasiswa angkatan 2013 yang sangat ditunggu. Hari ini saya tengah disibukkan dengan penyusunan proposal yang lumayan yaaaaah gitu lah. Saya hanya bisa berdoa agar segalanya dapat berjalan lancar. Meskipun harus melalui proses yang melelahkan, melalui masa yang sulit, menempuh jalan yang penuh bebatuan, terseok-seok, tertatih-tatih, dan ter-ter yang lain, semoga terbalas dengan indah