Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2015

#MaluSamaKambing

Ini adalah hari terakhir di Bulan April. Beberapa jam lagi sudah memasuki Bulan Mei. Yaa, that's my month :-) Hari ini sebenarnya tidak ada yang sangat ingin kutulis. Tapi ya anggap saja ini tulisan terakhir di Bulan April. Kan, aku benar-benar tidak tahu harus menulis apa. Kuliahku? | Berjalan seperti biasa UTS? Ah ya, UTS. Tadi di jam pertama aku melaksanakan UTS Statistik. Aku benar-benar kesal jika mengingat kejadian hari ini. Aku salah dalam membuat strategi. Dan itu benar-benar membuatku sangaaaaat menyesalll. Seharusnya tadi aku kerjakan dulu soal yang memiliki bobot nilai paling besar. Ya, seharusnya begitu. Tapi aku malah mengerjakannya urut dari nomor satu. Ah, padahal tadi aku sudah berpikir begitu. Berpikir akan mengerjakan soal dengan bobot nilai paling besar terlebih dahulu. 90 menitku tak cukup untuk mengerjakan empat soal. As always , aku tak pandai mengatur waktu. Aku tak akan menggerutu dengan alasan “Waktunya kurang Bu.” Tidak! Emp

Banyak Jalan Menuju Istanbul

Sudah empat hari terhitung sejak hari Jum'at. Belum ada kabar sama sekali. Aku segera menyimpulkan bahwa lamaranku ditolak. Berbagai alasan memenuhi otakku. Aku ingat bahwa aku mencantumkan status aktifku sebagai mahasiswi. Apa karena itu sehingga belum ada panggilan interview hingga saat ini? Ah, bisa saja ada yang lebih memenuhi kualifikasi daripada aku. Anggap saja pekerjaan itu belum rezekiku. Atau ini jawaban dari Tuhan perkara galau²ku tempo hari. Antara kerja dan organisasi, disitu saya kadang merasa galau :-D Jum'at lalu aku mengajukan lamaran ke sebuah Radio di Bayuwangi. Tepatnya mengisi bagian Administrasi di Tabloidnya. Sejak melihat iklan lowongan di hari Kamis aku segera menyiapkan semuanya. Aku sudah membayangkan akan menjadi bagian dari Radio tersebut. Radio gaes . Tempat yang selalu aku impikan untuk bekerja. Memang bukan sebagai announcer . Tapi setidaknya memulai dulu dari bawah. Hari ini jadi admin, siapa tahu besok manager radio khilaf men

NGOPInet

Horeee akhirnya saat yang di nanti tiba. Ketemu Bang Raditya Dikaa. Iya, Bang Dika lagi ngisi acara di Pendopo Banyuwangi. Hahaha ini acara keren pake banget lah pokoknya. Judulnya NGOPInet. Bukan sembarang ngopi loh. Ngopinya ngopi yang luarrr biasahh :D #lebay Ngobrolin Peristiwa Informasi & Tekhnologi. Keren yaa kepanjangannya :D Yaa walaupun lebih bagus "ngobrol" aja nggak pake ada "in"nya segala. Ah, biar sajaa. Acara dikemas dengan sangat ringan namun ngena. Pengisi acara juga nggak hanya Raditya Dika. Ada Eka Gustiwana. Tau Eka Gustiwana kan? Tau? Nggak tau? Ya udah. Itu lho yang  speech composer itu? Yang suka ngedit-ngedit kalo orang pas lagi ngomong? Dulu booming  banget tuh videonya Bang Eka yang tentang Eyang Subur. Sama yang tentang Om Jeremy Tetti. Ada juga yang pas Pak Ahok lagi murka. Itu kerennn banget :D Nonton deh, disini Ada juga tadi Mas Aris Sadewo. Duh dia tadi jabatannya di Telko

Just Green

Entah sejak kapan aku menyukai warna Hijau. Dulu saat masih kecil aku sering mengisi biodata yang teman²ku beri Biasalah jaman SD, kami saling mengisi biodata satu sama lain. Apalagi waktu itu sedang trend yang namanya Buku Diary. Dalam format biodata itu ada kolom "warna kesukaan" / "warna favorit". Aku bahkan lupa apakah aku dulu mengisi warna Hijau ataukah warna lain. Lucu saja, biasanya aku tidak pernah sesuka ini terhadap suatu hal. Hijau. Entahlah, aku hanya merasa warna ini sangat menyejukkan. Aku teringat saat aku ulang tahun entah yang keberapa, ada teman yang memberiku kado sebuah buku harian, dan itu berwarna Hijau. Hijau muda. And I loveeeee it so much :-) Mungkin saja sejak saat itu aku jadi menyukai Hijau. Hijau juga menurutku identik dengan alam, pohon² yang teduh, sawah yang terhampar. Ah, aku terbayang hamparan sawah yang terbentang dibelakang rumah Embah yang sekarang sudah jadi perumahan. Sayang sekali. Hingga hari ini setiap aku m

I'm Sorry

Aku tidak ingin ada pada situasi seperti ini. Aku mau kita baik-baik saja. Aku tidak ingin ada sesuatu. Aku mau semuanya hanya seperti ini. Lihatlah, kau bahkan terlalu pengecut untuk mengatakannya. Kau buat seolah-olah ada orang lain yang menyimpan persaan terhadapku. Padahal aku tahu bahwa kau sendirilah orangnya. Ya, kau. Kau tahu, bahkan aku sudah menganggapmu sebagai seorang saudara. Sebagai seorang sahabat. Kenapa hal seperti ini harus terjadi? Kenapa? Aku selalu menahan diri untuk tidak berprasangka buruk. Aku selalu menarik diri dari perasaan-perasaan mengganjal ini. Tapi, sinyal yang kau berikan terlampau jelas. Sehingga aku tak bisa lagi membedakan. Kenapa harus seperti ini? Kau tahu sendiri. Aku sudah menjadi kaku sekali setelah kejadian terdahulu. Aku bahkan tidak dapat melupakannya. Aku benci mengetahui sebuah fakta bahwa aku masih sangat membutuhkannya. Cinta? Mungkin saja. Kau tahu sendiri, kan? Tembokku kian meninggi setelah kejadian tersebut. Aku yakin kau t