Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2016

Roda Kehidupan

Baiklah, akhirnya di malam menjelang Isya’ ini aku dan Bu Is harus berkaca-kaca. Kembali menyadari bahwa dalam kehidupan ini ada Yang Maha Merubah Keadaan. Rumah kami kedatangan tamu saat hampir maghrib tadi. Tamu yang sudah tidak asing bagi keluargaku. Beliau merupakan sahabat karib Abah, Pak Bambang. Pak Bambang datang bersama putranya. Sayangnya saat itu Abah belum pulang kerja. Pak Bambang dan putranya rela menunggu Abah pulang hingga sekitar pukul 6 petang. Segera Abah menemui mereka saat sudah sampai rumah. Abah bergegas masuk ke dalam rumah untuk meletakkan sepasang sepatu boot yang sepertinya masih baru. Lalu aku dengar sedikit percakapan Abah dan Ibu, “Dijual sama Pak Bambang.” Setelah itu aku melihat Abah mengeluarkan beberapa uang dari sakunya dan kembali menemui sahabatnya itu. Aku beringsut pada Ibuku, menanyakan apa yang sedang terjadi. Aku mengerti dan akhirnya mataku berkaca-kaca. Allah ya, begitu mudahnya Dia merubah keadaan hambanya.

Keep Longlast, Donatku ...

Aku tidak pernah mengerti kenapa waktu terasa begitu lamban. Jarak dari hari Minggu ke Senin terasa sangat jauh. Ini masih Kamis dan aku sudah merindukan dia lagi. Bagaimana bisa aku sudah kangen bahkan saat aku belum meninggalkan pekarangan rumahnya? Hari minggu lalu saat aku pamitan dia bilang, “Gak usah kangen lho?” Bahkan saat dia bicara seperti itu aku sudah mulai merindukannya. Aku sadar hidup ini tidak selalu seperti yang kita inginkan. Jika hidup berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan tentu aku sudah berada di ruang siaran sebuah radio, seperti yang aku cita-citakan. Jika hidup berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan tentu aku sudah keluyuran hingga pelosok Banyuwangi tanpa harus khawatir tak di acc oleh Abah. Jika hidup berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan pastilah aku sudah menginjak tanah Istanbul sejak dulu. Jika hidup berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan tentu hari ini aku tidak kehilangan kamu … *krik krik krik …………..

Nightmare Siang Bolong

Manusia adalah makhluk sosial, tidak bisa hidup sendiri tanpa manusia lainnya. Pernyataan itu benar adanya, tak terbantahkan. Wanita butuh laki-laki, laki-laki butuh wanita. Selalu begitu, ini juga tak terbantahkan. Pagi ini aku dan Bu Is pergi ke pasar Sabtu yang ada di timur rumah. Sebelum pergi aku mencoba si Fiz R dulu, istilah zaman sekarang “dipanasi”. Ajaib, sekali engkol mesin hidup. Aku bersyukur, walaupun jarang dipakai tapi Fiz R nggak rewel di engkolan pertama. Segera setelah itu aku ajak Fiz R muter-muter di halaman. Itu tadi, biar mesinnya panas. Setelah merasa cukup baru aku matikan mesin dan masuk ke rumah untuk memakai jilbab dan jaket. Aku, Bu Is dan Fahri sudah siap untuk berangkat. Aku segera menghampiri Fiz R dengan banyak-banyak berdo’a. Semoga dia nggak rewel seperti biasanya. Aku masukkan kunci dan memutar ke arah tulisan “On” Dan mulailah aku komat-kamit nggak jelas. Di engkolan pertama suara mesin jadi seperti suara embek

Suntikan Semangat (Lagi)

Hari ini aku dapat sms dari teman lamaku. Dia temanku saat SD, Dimas. Berhubung smsnya nggak bisa aku screenshoot , jadi aku tulis aja ya gaes … Assalamu’alaikum…. Mey…wes 5minggu iki…suwe gak nulis ng blog maneh awkmu…. Awkmu kn mari tko air trjun *********…pasti banyak cerita di situ…tulis mey…tulis…. Begitu gaes isi smsnya. Itu beneran, nggak di ada-adain dan nggak aku edit. Ejaannya juga begitu, jumlah titiknya juga bisa aku pastikan sama dengan yang di hp. Sudahlah, pokoknya isi smsnya begitu. Aku tersentuh, bagaimana bisa Dimas niteni tulisanku? Bagaimana bisa dia menghitung berapa lama aku tidak posting tulisan? Dia bilang 5 minggu? Ah, ya … sepertinya memang sudah lama sejak tulisanku yang terakhir. Aku bilang padanya dengan nada guyon , apakah dia pembaca setia? And you know what he said? Dia bilang, dia senang membaca tulisan-tulisanku *Alhamdulillah ^_^ Dia bilang, beda rasanya membaca tulisan orang yang tidak dia kenal dengan

Beban yang Telah Menyingkir

Malam ini tepat 13 hari setelah kejadian itu aku berani bercerita padanya. Benar-benar malam yang berat. Tengah malam aku baru berani menceritakan segala unek-unek selama ini. Aku membenarkan maksud blog yang ditulis oleh sahabat kami. Dan reaksinya benar-benar membuatku heran. Dia tidak kaget sama sekali. Akhirnya malam ini menjadi ajang buka-bukaan bagi kami. Tak lagi mempedulikan waktu yang terus beranjak. Dia meluapkan segala perasaannya. Aku pun sama, aku juga meluapkan perasaanku hingga susah untuk mengontrol emosi. Aku bilang padanya bagaimana susahnya aku menjaga rahasia yang akhirnya dia ketahui. Bagaimana aku merasa bersalah setiap aku melihat wajahnya, karena aku tak menceritakan dari awal. Bagaimana aku tersiksa ingin cerita semuanya, tapi belum siap. Aku takut ketika nanti aku menceritakan yang sebenarnya, hubungan kami jadi berubah. Ketika segalanya sudah jelas seperti ini, aku mendapati kenyataan yang sungguh melegakan. Dia, sahabatk