Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2015

Insiden Standard

Sabtu siang ini seperti biasa aku menjemput Mak e di Tangkong. Semenjak Pak Nik -ojek langganan Mak e yang sudah seperti keluarga sendiri- pergi ke Bali untuk bekerja, aku yang antar jemput Mak e. Tidak jelas kapan pulangnya Pak Nik. Aku berdoa semoga nggak seperti Bang Toyib yang nggak pulang-pulang ya Pak? Saat baru keluar dari pagar dan melewati mushola di sebelah rumah, ada seseorang yang berteriak memanggilku. Tapi aku tidak begitu jelas dengan apa yang dia ucapkan. Aku menoleh ke belakang, ternyata Dik Ria. Dik Ria masih menatap ke arahku. Aku pikir dia hanya berkata aku mau kemana. Sehingga aku tetap melajukan motor. Tapi setelah itu perasaanku tidak enak. Aku mengingat-ingat sesuatu. Pasti ada yang salah. Aku mengayunkan kakiku kebawah. Benar saja. Ternyata standard motor belum aku angkat. Ah, Mey. Untung aku tidak celaka. Aku berterimakasih pada Dik Ria *dalam hati tentunya Allah mengingatkanku melalui gadis kecil itu. Setelah i

Galau itu ...?

Galau itu…? Galau itu apa sih? Kalau kamu, iya kamu, yang lagi baca tulisanku ini, iyaaa kamu itu loh, yang sedang melototin layar hape/layar laptop/layar komputer/layar tablet/layar tancep *eh … Menurutmu galau itu apa? Tik … tok … tik … tok … tik … tok … Krik krik krik … … … … … Diem aja terus sampai aku nikah sama Fedi Nuril *ups, disambit novel-novelnya Andrea Hirata* Siniii, aku tangkepin satu-satu J Ah , ya sudah lah yaa, jawab saja nanti dikolom komentar atau di dalam hati. Kalau kita merujuk pada Yang Mulia Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), galau itu adalah … *jeng jeeeeng Kasih efek sedikit biar rada tegang *eh, nggak tegang ya? nggak lucu ya? nggak banget ya? nggak … stoooop!!! Oke. Galau itu sibuk beramai-ramai , ramai sekali , kacau tidak keruan (pikiran) . Sudah pasti galau yang aku maksud adalah yang artinya kacau tidak keruan (pikiran) . Ya, galau itu perasaan gamang yang hadir dalam diri seseorang. Ah, opo

Ayah

Aku sudah menyelesaikan novel Ayah milik Pak Cik Andrea. Bukan main kerennya novel itu. Sembab aku dibuatnya. Seperti janjiku tempo hari. Aku akan posting kalimat-kalimat super didalamnya. Check this out ... Maka, Sabari gelisah, lalu kecewa, lalu menderita. Tentu kemudian khalayak ramai tak habis pikir melihat seorang lelaki hanya terpaku pada satu perempuan, tak dapat dibelok-belokkan ke perempuan lain, seolah dunia ini hanya selebar saputangan Lena. 3 Cinta adalah racun manis penuh tipu muslihat. Cinta adalah burung merpati dalam topi pesulap. Cinta adalah tempat yang jauh, sangat jauh, dan urusan konyol orang dewasa. 9 Filosofi hidupnya adalah mencintai seseorang merupakan hal yang fantastis, meskipun orang yang dicintai itu merasa muak. Itu soal lain, tidak relevan. 35 Tuhan selalu menghitung, dan suatu ketika, Tuhan akan berhenti menghitung. 48 Seni menyenangi hal-hal yang biasa saja. 51 Segala hal dalam hidup ini terjadi tiga kali, Boi. Perta

Always Laugh, Bah ...

Senin,10 Agustus 2015. Hahahahaaaa .... Maaf yaa aku awali tulisanku dengan tertawa santun mcam itu. Aku selalu senang saat ada teman-teman Abah yang datang berkunjung kerumah. Seperti hari ini. Ada teman dari Jakarta yang datang. Senangnya kenapa? Karena kalau Abah dan teman Jakartanya itu sudah ngobrol pasti rumah selalu ramai. Mereka akan bicara apa saja dengan bahasa Jakartenya yang aduhai itu. Bernostalgia. Secara Abah yang pernah tinggal lumayan lama di Jakarta. Sudah pasti logat-logat Jakarta masih kentara. Dan, aku suka sekali ketika Abah dan teman-temannya tertawa hingga terbatuk-batuk. Maklum, sudah sama-sama tua. Kadang aku membayangkan kalau Abah masih tinggal disana. Hmm... sudah pasti nggak akan ketemu Ibu saya yaa. Nggak ketemu Ibu saya berarti nggak menikah sama Ibu saya. Kalau mereka berdua nggak menikah sudah pasti nggak ada saya. Ya kan? *apasih Ah, Abah. Saya berdoa semoga kelak jika sudah tiba waktunya, dia *yang dita

I Wish Not

Akhir-akhir ini ada sesuatu yang mengganggu pikiranku. Sudah berbulan-bulan sejak kejadian itu. Aku berusaha untuk tidak terjebak dalam perasaan. Aku berusaha untuk tidak menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi. Aku terlalu takut untuk bertanya. Aku malas berurusan dengan hal itu. Aku harus bagaimana jika ternyata kenyataan itu benar? Sebenarnya aku ingin semuanya jelas. Agar aku tidak terus merasa bahwa aku orangnya. Entahlah, aku tidak tahu. Sama sekali tidak tahu. Aku hanya berdoa semoga memang bukan aku. Aku tidak mau kehilangan seorang teman baik. Aku tidak mau kehilangan partner yang luar biasa. Aku tidak mau semuanya berubah. Aku bahkan tidak mengerti kenapa. Hatiku terus menolak. Ada perasaan tidak nyaman. Ya, ini semua membuatku tidak nyaman. Sudah berusaha untuk tidak memikirkan hal itu, tapi sia-sia. Sebentar lupa, sebentar ingat. Aku butuh bicara. Kita butuh bicara. Agar semuanya jelas. Tapi aku takut.

Aku dan Meirose

Akhir-akhir ini ada sebuah film karya anak bangsa yang sedang jadi trending topic . Sebuah film religi dengan pemain yang memikat hati sedang menjadi buah gusi, eh bibir maksutnyaa -__- *maunya sih biar ada rimanya gitu, religi, hati, gusi, tapi sungguh tidak berkorelasi. Sebuah film yang membuatku klepek-klepek demi melihat pemain utama prianya. Sebuah film yang, ah … susah diungkapkan dengan kata-kata *alibi, padahal mah udah mentok nggak tahu harus ngetik apa. Surga Yang Tak Dirindukan. Resapi judul tersebut, renungkan … Awalnya aku nggak ngerti kenapa judulnya Surga Yang Tak Dirindukan. Memangnya ada manusia yang tidak ingin masuk surga? Yang tidak merindukan surga? Manusia macam apa itu? Oke. Setelah film ini rilis 15 Juli lalu ada banyak respon yang muncul. Berbagai macam pujian dan kritikan. Kritik pedas, panas, keras, *aku curiga kalau itu bukan kritikan tapi balungan di kuah bakso dengan sambal lima sendok makan* Abaikan. Sudah tentu, kare