Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2016

BIBEH: Makhluk Tuhan Paling Selow

Khusus postingan ini saya akan bercerita tentang teman yang balum lama ini kami saling mengenal. Namanya Durrotun Nasihah. Panggilan “Bibeh”. Tolong jangan ada yang bertanya kenapa panggilannya bisa Bibeh. Karena saya pun tidak tahu. Saya kenal Bibeh di awal-awal perkuliahan. Saya ingat sekali, waktu itu saya sedang ngapelin (bukan ngepel loh, ya) masjid kampus, lantas bertemu Mila (yang waktu itu juga baru kenal, karena kami satu kelas saat opspek) bersama seorang temannya. Saya dikenalkan oleh Mila pada temannya itu. Saya pun ingat sekali, saat berkenalan dia dengan riang gembiranya menjabat tangan saya kemudian menyebut namanya, “Bibeh”. Saya sempat menoleh ke Mila sepersekian detik, memastikan bahwa makhluk di depan saya ini sedang tidak bercanda. Isyarat saya yang mengatakan pada Mila “Namanya beneran Bibeh?”, dibalas anggukan kepala oleh Mila. Saya sempat hank beberapa detik. Ya sudah lah ya, apalah arti sebuah nama. Sejak itu saya, Bibeh dan Mila berteman dengan

Jodoh Pasti Bertamu

Obrolan tentang hal-hal receh itu terulang kembali. Kali ini tempat kejadian perkara di atas motor dengan tersangka bapak sendiri. Namun, kali ini pembicaraan kami sehaluan dan saya juga antusias menjelentrehkan semuanya pada bapakku ini. Saat mengantar saya ke tempat nongkrong saya akhir-akhir ini, abah menanyakan soal pacar (lagi, lagi dan lagi). Saya membiarkan beliau dengan nasihat-nasihatnya dulu, baru kemudian setelah beliau selesai dengan sesinya, saya yang angkat bicara. Abah bertanya apakah saya punya pacar atau tidak? Kalu punya bilang saja, yang jujur. Perempuan seumur kamu (saya maksudnya) wajar kalau sudah punya pacar, sudah umur 21 tahun. Harapan Abah adalah saya fokus dengan kesibukan saya dulu, fokus dengan pendidikan, karir, baru setelah itu menikah. Abah bilang maksimal menikah umur dua puluh lima. Diana pun begitu, Bah. Diana bukan perempuan yang nggak punya tujuan hidup. Yang apa-apa dibiarkan seperti air mengalir. Dulu mungkin iya, tapi sekarang setel

Haul KH. Abdullah Faqih

Akhirnya setelah libur lebaran kami hunting lagi. Menyusuri jalanan Banyuwangi untuk mencari kepingan kisah berdirinya NU di Banyuwangi. Pagi ini saya dapat WA dari Cak Ayunk bahwa ada jadwal untuk ke Songgon. Bayangkan, baru membuka mata sudah dapat pesan untuk nguli lagi. Sambil sedikit kriyep-kriyep , saya membalas pesan belio bahwa anak buahnya ini belum mandi dan masih ndusel-ndusel manja dibawah selimut. Beruntung Cak Ayunk masih rapat, janji ketemu sejam lagi. Alhamdulillah, saya bisa merem lagi. Tiba di kantor PCNU sekitar pukul sembilan. Kami langsung meluncur ke Dusun Cemoro, Desa Balak, Songgon. Iya, untuk kesekian kalinya saya datang lagi ke desa penuh cerita ini. Desa dimana saya tinggal selama sebulan untuk KKN. Duh, nostalgialah saya sepanjang jalan kenangan. Sampai di lokasi, saya sempat mengira ada orang meninggal, karena jalanan ramai tapi hatiku sepi . Ternyata oh ternyata, saya diajak ke makamnya Mbah Yai Abdullah Faqih. Dan perihal ramai-ramai dijalan t

Memangnya Saya Jomblo?

Setelah akhir tahun 2015 lalu saya diberi sebuah buku oleh salah satu sahabat saya, baru hari ini saya membaca beberapa bagian di dalam buku itu. Maklum, setelah dapat buku berjudul “Jomblo Istiqomah” itu saya langsung nggak sengaja pamer ke teman-teman LDK. Jadilah akhirnya buku itu diperebutkan oleh mereka-mereka yang sudah pasti juga jomblo. Lha kalau nggak jomblo ngapain pinjam buku itu, kan? Akhirnya, meskipun saya belum baca, barang kata pengantarnya sekalipun, saya meminjamkan buku itu kepada salah satu teman. Dan, setengah tahun pun berlalu …….. . . . Buku itu berisi curhatan dari tiga puluh sembilan penulis yang juga sudah pasti jomblo *hahahahahaha …. Tulisan dari 39 orang itu dikumpulkan jadi satu dan akhirnya menjadi sebuah buku. Saya hanya sempat membolak-balik buku berwarna kuning tersebut. Hingga akhirnya saya berhenti pada salah satu tulisan dari miliknya @Permoto. Di awal tulisannya, @Permoto memberikan sindiran-sindiran kekinian untuk para jomblo