Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2020

MENGATASI MASALAH TANPA MASALAH

Kalian pernah nggak salah panggil orang karena nggak tahu jenis kelamin mereka apa? Misal, lagi chat sama orang tapi profil pict-nya bukan poto mereka, terus sotoy aja panggil Pak atau Bu. Pernah? Atau enggak? Terlepas dari pernah atau enggak, aku mau cerita soal salah panggil ini. Belum cerita aku dah ketawa dulu nih gimana. Hahahaha. Jadi, tanggal 29 Juni ada nomor baru yang whatsapp. Klien dari pegadaian yang koordinasi soal talkshow tanggal 7 Juli 2020. Nama klien ini Sukma. Refleks aku panggil beliau Bu. Iya dong, orang yang nggak tahu pasti langsung panggil bu, karena nama Sukma identik dengan anaknya Bung Karno, eh maksudnya identik dengan perempuan. Setelah bla bla bla ngomongin soal teknis talkshow kemudian beliau minta potoku untuk dibuatkan flayer. Nah, kemarin beliau kirim flayer yang menampilkan poto dua orang pembicara laki-laki, salah satunya bernama Sukma Juni. Deg. Aku menyadari satu hal. Sebelumnya aku pastikan dulu bahwa yang whatsapp aku soal talks

Premenstrual Syndrome (PMS)

"Sayang, kamu kenapa, sih? Marah-marah mulu. Lagi PMS?" "Emang kamu tahu PMS itu apa?" "Haid, kan?" Kalau pacar kalian begitu lempar aja ke kandang Buaya, ya, girls~ Nggak, ding. Kalau pacar kalian masih mengira PMS itu adalah haid, kasih tahu bahwa itu salah. PMS bukan haid seperti yang mereka pikir selama ini. Premenstrual Syndrome (PMS) adalah kombinasi dari gejala fisik dan emosi yang dirasakan oleh wanita seminggu atau dua minggu sebelum haid. Dari yang aku baca di alodokter.com munculnya gejala yang melanda fisik dan mental ini belum bisa dipastikan apa penyebabnya. Tapi, diperkirakan karena adanya perubahan hormon selama masa menstruasi, yaitu estrogen dan progesteron. Gejalanya apa aja? Banyak, gaes. Mulai dari sakit kepala, tumbuh jerawat, kram perut, nyeri otot, sedih tanpa alasan yang jelas, cemas, mudah tersinggung. Biasanya tiap perempuan berbeda-beda gejalanya. No worries , karena gejala-gejala itu tadi akan hilang begitu hai

Dipijat Mbah Nah

Aku tidak punya banyak kenangan dengan Mbah Nah selain dulu pernah mengantar ibu untuk memijatkan Ai saat masih bayi. Siang tadi aku, ibu dan Ai datang ke rumah beliau lagi untuk pijat. Kali ini aku yang dipijat. Terakhir aku dipijat saat SMP, ketika tanganku terkilir saat main-main dengan temanku yang atlet pencak silat. Pijat itu pun gara-gara terkilir. Coba kalau enggak, siang tadi akan menjadi pengalaman pertamaku dipijat. Masuk ke kamar aku disuruh melepas semua pakaian (kecuali pakaian bagian bawah). Setelah itu aku tengkurap di kasur beralaskan sewek. Mbah Nah tipe perempuan yang suka cerita. Saat dipijat beliau banyak ngobrol dengan ibu yang ikut masuk ke kamar menemani aku. (sumpah ya aku nggak pernah nyuruh ibu buat nemenin, itu inisiatif beliau sendiri) Menit-menit awal, sih, aman. Lama-lama beliau seperti tahu mana saja titik-titik yang tidak beres dan harus dibereskan. Aku mulai membuat gerakan-gerakan sebagai tanda kalau bagian yang beliau pijat itu sakit. Ya

ILYSM, Twitter

Beberapa waktu yang lalu ada satu akun yang mengunggah sebuah komik dari miliknya Sundae Kids. Begini penampakan komik tersebut: Untuk teman-teman yang sering berada pada posisi seperti ini pasti relate sekali. Seharian kita pasang ekspresi seakan semuanya bisa kita lalui. Semua tekanan, semua beban, semua pekerjaan, seakan tidak membuat kita lelah, seolah kita akan baik-baik saja dengan semua keadaan tersebut. Seharian kita sudah memikul beban sendirian dan selalu sok kuat, ketika sampai rumah kita ditanya oleh pasangan atau orang tua kita “are you okay?” rasanya lutut lemas. Kita berhambur ke pelukan mereka dan ingin menangis saja, menumpahkan segala keluh kesah. Komik itu mewakili seluruh perasaan netizen twitter. Saya menelusuri balasan di kicauan tersebut. Saya berhenti pada sebuah balasan yang mengubah komik tersebut seperti ini: Jika saya bisa kicau ulang seribu kali, pasti akan saya lakukan. Bagi saya pribadi twitter masih menjadi platform paling nyaman