Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2016

Mini Reuni

Seperti yang telah disepakati kemarin, hari ini saya dan Lutfi hang out bareng. Sekedar menyegarkan pikiran dan temu kangen. Sebenarnya rumah saya dan Lutfi tidak terlalu jauh. Tidak sampai lima menit jika ditempuh menggunakan motor. Namun, jarang sekali kami mengunjungi satu sama lain. Ah, manusia macam apa kami ini. Sore ini kami keluar tanpa tujuan hingga motor berhenti di lampu merah perliman. Di lampu merah itulah akhirnya kami sepakat untuk pergi ke Taman Blambangan. Sampai di sekitaran Telkom, secara tidak sengaja saya ngecek ponsel. Ada pemberitahuan BBM. Missed BBM Call dari Inda. Di atasnya ada pesan dari dia: Mbel. Dimana? Hayuk nongkrong. Aku otw ke bwi ini. Saya langsung membalas untuk menunggunya di Blambangan bersama Lutfi. Sembari menunggu Inda datang, saya dan Lutfi jalan-jalan di sekitar taman. Kami menuju panggung pertunjukan yang sedang penuh oleh orang-orang. Ada gladi resik. Saya kurang paham acara apa yang akan dilaksanakan. Hanya saja Lutfi bilang itu adal

Kepang Rambut

Setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya waktu itu tiba. Waktu dimana saya bisa ngepang rambut. Akhirnyaaa ... Jadi, ceritanya semalam saya minta tolong ke Ibu untuk ngepang rambut saya. Dari jaman saya sekolah dulu (tk - smp) ibu adalah hair stylis t andalan saya. Mulai dari kuncir tengah, kuncir semua, sampai pinti urang . Saya juga selalu menikmati saat-saat dimana tangan ibu dengan cekatan men treatment rambut saya. Penuh kasih dan sayang *eaaa Dari kegiatan ngepang rambut itu pula, saya dan ibu biasanya terlibat curhat-curhat colongan, wkwkwk. Lalu tiba-tiba saja, sebenarnya ini bukan pertama kalinya, ibu bilang "Belajaro ngepang, mosok gak iso-iso." Saya hanya bisa manyun dan ngangguk-ngangguk. "Mbesok piye lek ngepang anak e, mosok nggak iso." "Kan enek ibuk e." Saya jawab. "Opo-opo kok ibuk e ae." -_____- Dan semalam, pertama kalinya saya belajar ngepang. Saya belajar ngepang rambut ibu saya, tentu dengan bimbingan beliau. Sebe

"Ngambang" Ending

Bagi mereka penggemar drama korea tentu sudah jadi santapan sehari-hari untuk cemas menunggu bagaimana akhir dari drama yang sedang mereka ikuti. Ditambah lagi dengan banyaknya spoiler yang berkeliaran di sosial media, menambah rasa penasaran ingin tahu kelanjutan cerita tiap episodenya. Semalam saya buka twitter seperti biasa, lalu mendapati retweet-an yang di quote oleh Donat. Setelah saya buka, ternyata tweet tersebut bersisi tentang polling yang dilakukan oleh akun @TheDramaKorea. Dengan memberi caption ‘Ending The K2 gak bahagia’ ada beberapa pilihan yang diberikan untuk di vote. Antara lain: 1.       Bodo amat!!! 2.       Bakar tvN! 3.       Kim Je Ha sayaaang + emot crying 4.       Jung Hwan ada temennya + emot laughing Kemudian saya tanya siapa itu Jung Hwan pada Donat (maklum lah ya, saya newcomer di dunia KDrama), Donat bilang sepertinya itu drakor lain yang endingnya tidak bahagia alias sad ending. Saya hanya ber-oooo ria di dalam hati. Lalu saya

Cie, Nikah #2

Satu lagi gadis yang akhirnya melepas masa lajangnya di kelas saya. Gadis luar biasa yang setiap harinya berjuang pergi pulang Glenmore-Banyuwangi untuk gelar S.Sos-nya. Glenmore-Banyuwangi loh ya, bukan Pakis-Banyuwangi.   Nurhaini, namanya. Mereka yang berbudi pekerti luhur memanggilnya Mbak Heni, dan mereka yang budi pekertinya pas-pasan, memanggilnya Henot. Nah, saya memanggil beliau “Mbak Henot”. Silahkan nilai sendiri, dah , saya termasuk golongan yang mana. Wkwkwkwk … Saya melihat Mbak Heni pertama kali saat perkuliahan berlangsung tiga tahun yang lalu. Waktu itu dia masih glondongan gitu, alias nggak berjilbab. Kami saling mengenal pun bukan lewat kenalan di kelas seperti teman-teman baru pada umumnya. Kami kenalan lewat Facebook waktu itu. Hingga waktu terus berjalan, kami sekelas akhirnya tahu dimana gadis mungil tersebut tinggal. Mengetahui bahwa Mbak Heni PP dari Glenmore-Banyuwangi, saya takut membayangkan perjalanannya setiap hari. Apalagi dulu, saat semester-se

Welcome Skripsweet

Sore yang sendu ini saya habiskan untuk mengetik beberapa postingan untuk blog. Di temani oleh murotalnya Ahmed Saoud, segelas teh manis panas, dan kamu smartphone di sebelah saya. Akhirnya saya bisa melakukan ini setelah info libur kuliah yang saya dapat secara telat melalui grup bbm kelas. Ya begitulah jika pemberitahuan chat di grup saya off -kan. Saya jadi lemot. Baiklah. Hari ini saya akan sedikit bercerita tentang perkembangan perjalanan skripsi saya. Astaga, rasanya tidak percaya pembahasan mengenai skripsi sampai juga pada saya. Setelah kejadian malam itu, saya mulai mengumpulkan apa-apa saja yang akan saya butuhkan. Seperti data, referensi, dan tentunya kuota. *krik Jadi, malam itu, setelah sorenya saya mengajukan tiga matriks judul skripsi saya kepada Wakil Dekan 1, ada pesan masuk ke ponsel saya. “Kamu pilih judul yang mana, menurut kamu yang gampang.” From : Pak Supurdi Sent : October 26, 18:24 Ketika membaca pesan tersebut, saya sedang di sekretariat

Dear, Sutradara Drama Korea

Annyeong haseyooooo …. Tumben ya salam pembukanya pake Bahasa Korea, biasanya kan nyelonong aja gitu kaya kamu yang tiba-tiba nyelonong masuk kedalam hatiku … eaaaa *apa sih Tulisan kali ini sesuai dengan mukaddimah di atas, gaes . Tidak lain tidak bukan tulisan yang akan nyentil tentang Korea. Lebih tepatnya lagi tentang Drama Korea. Mmmm yang paling tepat lagi tentang Sutradara Drama Korea. Oke, simak baik-baik. Beberapa hari yang lalu saya terlibat dalam perbincangan bersama dua perempuan pecinta Korea. Perbincangan via komentar facebook itu memberiku inspirasi untuk membuat tulisan ini. Ah, benar-benar luar biasa. Bahkan perbincangan yang nggak begitu penting banget itu bisa mendatangkan inspirasi untukku. Sampai akhirnya Donat bilang “Jiwa penulis e bangkit dari kubur???” Hahahahaha, saya ngakak demi membaca komentar itu. Oke. Hari itu kami ngerasani drama Korea terbaru yang saat ini sedang tayang di Korea sana. Judulnya “Descendants of The Sun”. Bagi mereka ya

The Power of PMS

Bukan main kuasa Tuhan atas kami. Hari ini Donat menginap di tempatku. Hari ini juga, sepulang dari seminar #internetBAIK kami menerima “tamu bulanan” bersama-sama. Kenapa chemistry kami hingga pada hal-hal yang intim begini? Menstruasi aja barengan. :D Baiklah, bisa kalian bayangkan dua perempuan PMS sedang bersama? Jangan coba-coba mendekat jika tidak ingin kena semprot. Saya tidak mengerti kenapa PMS ini identik dengan perasaan marah, kesel, dan sensi. Seperti yang kami lakukan saat perjalanan dari kampus menuju Perpusda. Begitu banyak pengendara motor maupun mobil yang kena semprot oleh kami berdua. Nggak ngerti sih, padahal mereka juga nggak salah apa-apa, cuma kami aja yang mencari pelampiasan atas kemarahan nggak beralasan ini. Atau momen yang membuat kami berada pada situasi awkward . Saat kami berdua merasakan sakit karena menstruasi. Kami berdua hanya diam dan merasakan sakit masing-masing. Dari sakit itu kemudian terbit kalimat-kalimat racau yang Donat ucapkan “