Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2019

Patah Hati dan Obatnya

Kemarin saya nonton vlog Raditya Dika yang bersama dengan Luna Maya. Sebagai pengangguran tak kasat mata, saya punya banyak waktu untuk selonjoran dan menonton video-video dari beberapa public figur di Indonesia yang mulai punya channel youtube sendiri. Raditya Dika salah satunya. Komika kesayangan saya sejak zaman sekolah SMK. Pada video yang telah dilihat oleh 1,4 juta penonton sampai saya menulis catatan ini (padahal baru tiga hari yang lalu tuh video naik), ada satu pertanyaan yang ditanyakan Radit pada Luna Maya. Pertanyannya adalah:   Kalian bisa melihat jawaban Luna Maya di video tersebut. Cek sendiri, ya, gaes~ Catatan ini sebenarnya juga akan menjawab pertanyaan Radit, tapi versi saya dan sobat-sobat WhatsApp. Sebelum saya berbagi tentang pengalaman patah hati, ada baiknya kita luruskan terlebih dahulu konotasi patah hati ini patah yang disebabkan oleh apa? Nah, yang ingin saya bahas di catatan ini adalah patah hati secara umum. Ya bisa karena asmara, ka

KEBAIKAN KECIL

Malam ini jatah ngaji saya harus tersita oleh rapat bersama rekan-rekan NU Online Banyuwangi di aula bawah PCNU. Agendanya adalah membahas tentang raker yang akan segera dilaksanakan dalam waktu dekat ini. Sungguh saya rindu siaran lagi. Semoga setelah raker dan merevitalisasi beberapa bagian, radio NU Online kesayangan kita semua dapat kembali mengudara. Mari kita aamiin-kan, teman-teman. Selesai rapat saya berniat ke musala untuk mengikuti sisa pengajian, tapi saya papasan dengan Prifa yang sudah turun dan hendak pulang. Ternyata pengajian t’lah usai. Baiklah, saya akhirnya juga memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang saya mampir ke BCA untuk setor tunai rezeki hari ini. Keluar dari BCA semua baik-baik saja, hingga saya melewati Vionata. Motor yang saya kendarai tiba-tiba berbunyi “pletak!” nggak gitu juga, sih, bunyinya kek bunyi rantai putus. Pokoknya tiba-tiba gas motor udah nggak berfungsi lagi. Untung insiden itu pas saya jalan agak minggir, nggak kebayang kalau saya pas di

Remember Me

“Saya tuh orang egois yang ingin ketika saya meninggal nanti, saya diingat.” Itu sebuah kalimat yang diucapkan oleh salah satu penulis Indonesia dalam sebuah wawancara bersama Mojok, Fiersa Besari. Dia ingin diingat sebagai seorang penulis saat kelak dirinya telah tiada. Sebuah film produksi Pixar Animation Studios, Coco, memberikan perspektif baru kepada kita tentang mengingat seseorang yang telah meninggal. Coco menceritakan bagaimana kebiasaan orang-orang di sebuah desa kecil di Meksiko menyimpan foto seseorang yang telah meninggal, kemudian melakukan istilahnya jika di Indonesia mungkin pengajian/tahlilan/peringatan dalam rangka mengingat almarhum. Kamu akan dapat melenggang menuju alam baka dengan damai. Jika tidak ada satu pun manusia di dunia yang mengingatmu, maka arwahmu tidak akan bisa dikenali, dan kamu akan terlupakan, and it hurts . Ini memang hanya film, tapi saya yakin ada banyak pelajaran yang akan membuka mata kita. Bahwa setiap orang memiliki cara mereka

Bertemu Orang Baru

Pagi ini saya, Bibeh dan Fiya menyempatkan diri untuk olahraga di Blambangan. Saya lupa kapan terakhir kali olahraga, saking lamanya, wkwkwk. Saya dan Bibeh datang terlebih dahulu. Fiya nyusul, karena harus check-lock dulu ke kantor. Nggak sampai satu putaran saya sudah engap. Banyakan jalannya daripada lari. Nggak apa, yang penting gerakin badan. *pembelaan Saya juga cobain semua fasilitas olahraga yang disediakan pemerintah. Eh, nggak semua juga, sih. Beberapa aja. Fiya datang setelah saya dan Bibeh menyelesaikan dua putaran. Kami melakukan satu putaran lagi untuk menemani Fiya. Ketika sampai di depan tiang bendera, kami mulai sempoyongan nggak jelas. Jalan enggak, lari juga enggak. Nah, pada saat itu lah, ketika saya jalan, dari belakang ada yang manggil-manggil. “Kak... kak... kak” Di sapaan ketiga itu saya baru nengok. Untuk memastikan bahwa yang dipanggil ini beneran saya. saya nggak kenal wajahnya. Tapi dia kemudian bilang “Kak Mey, ya?” Waduh, ini siape

Milenial Hijrah: Kenapa Tidak?

Topik meylenial-talk bulan ini adalah seperti judul di atas. Bertepatan dengan hari lahir Nahdlatul Ulama ke-93 kami menyelenggarakan meylenial talk di Blimbingsari, tepatnya di Blimbingsari Creative Craft (BCC). Semua orang pasti pernah mengalami fase hijrah dalam hidup mereka. Saya pun begitu. Dari yang dulunya follow Bapak Felix Siauw, sekarang saya unfollow beliau. Dari yang dulunya suka pakai jilbab panjang kali lebar, sekarang cuma sampir kiri sampir kanan. Dari yang dulunya suka share status Tere Liye, sekarang malah jadi unlike pagenya. Itu hijrah bukan? Hahaha. Saya, sih, secara pribadi merasakan betul perbedaan dalam diri saya. Saya pernah menjadi manusia yang merasa paling benar seantero jagad raya. Saya, kan, nggak pernah pacaran, nih. Nah, dulu itu saya merasa bahwa saya yang nggak pernah pacaran ini adalah seseorang yang paling benar jalan hidupnya. Tak pernah berduaan dengan lawan jenis, tak pernah mendekati zina, selalu menundukkan pandangan (elah, nunduk bae k